Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 27, 2022

Muah ate kais Mukraeb

Gambar
  Muah ate kais Mukraeb  Pengantar Judul pada tulisan ini saya kutip dari nasihat ibu atau ayah dari setiap rumah tangga di dalam masyarakat Pah Amarasi. Bila berhadapan dengan makanan di piring, selalu ada yang mengingatkan, makanlah hingga selesai, jangan sisakan di piring (muah ate kais mukraeb). Nasihat dan sekaligus peringatan sederhana. Lalu apakah ada pesan di dalamnya? Saya tangkap sepenggal pesan di dalamnya. Itulah sebabnya saya merasa perlu menulis di sini. Uraian Linguistik secara Singkat Kalimat pada judul di atas dapat diurai sebagai berikut Kalimat itu diucapkan oleh orang pertama tunggal yang ditujukan kepada orang kedua tunggal. Implisit pada kalimat itu subjek orang kedua tunggal, ho - kau - engkau - kamu. Bagaimana kita mengetahui bahwa kalimat itu ditujukan kepada orang kedua tunggal? Perhatikan kata kerjanya muah dan mukraeb. Pada kedua kata ini tersirat subjek ho orang kedua tunggal. Jadi nasihat itu ditujukan kepada orang kedua tunggal. Bagaimana jika ditujukan k

Apakah Ada Mitos di Pah Amarasi?

 Apakah Ada Mitos di Pah Amarasi? Sejarah dan ziarah bangsa-bangsa di dalamnya ada banyak suku bangsa hingga anak (sub) suku bangsa. Pada semuanya mereka menjalani kehidupan dengan mengalami perubahan-perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir menjadi sebab mereka maju dan berkembang.  Kemajuan dan perkembangan pada komunitas sub-suku atau suku bangsa yang berawal dari hasil olah pikir pada lingkungan tempat dimana mereka berada. Mereka mengimajinasikan sesuatu hingga dapat kiranya hendak diwujudkan agar dapat dirasakan dan diraba. Namun ada di dalamnya hal yang tidak dapat diraba yang oleh karenanya mereka harus berpikir keras untuk menemukan jawaban dari apa yang tidak dapat diraba itu. Kuasa dan kekuatan di luar diri mereka sebagai sesuatu yang tak dapat diraba, walau dapat dirasakan. Misalnya angin. Angin bertiup perlahan (sepoi) yang memberi kesejukan pada satu waktu, sementara di waktu yang lain angin justru membadai hingga menghancurkan. Pada saat seperti itu olah pikir manusia