Postingan

Menampilkan postingan dari Juli 28, 2019

Apakah Pertandingan akan segera Dimulai ataukah Berakhir?

Apakah Pertandingan Akan segera Dimulai ataukah Berakhir? Kami baru saja menyelesaikan satu tugas mahaberat. Saya menggunakan kata kami oleh karena kami terdiri dari lima orang. Lima orang ini semuanya dapat menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa komunikatif lancar jaya, Bahasa Melayu Kupang. Ketika masing-masing pulang, ada satu orang tetap menggunakan Bahasa Melayu Kupang di kota Kupang, satu lagi menggunakan Dhao, satu menggunakan Melayu Alor dan Teiwa, dan dua orang menggunakan Bahasa Amarasi (dan jika diperlukan Amanuban serta Amfo'an). Apakah kelimanya dapat berbahasa Inggris sehingga mereka pergi jauh-jauh ke kota Chiang Mai Thailand? Haha... Mestinya demikian. Jadi saya harus jujur bahwa tidak semuanya. Kami patah-patah saja bahasa Inggrisnya yang penting dapat berkomunikasi, komunikannya dapat menerima satu dua kata mungkin dapat memahami maksud percakapan, itulah kami. Walau saya harus segera sadar bahwa ada tiga orang yang sudah mahir. Menarik. Saya ulangi,

Duka Kuratapi dan Kusyukuri

Gambar
Duka kuratapi dan Kusyukuri Lima kali sudah tangis merebak Berulang lagi ratap menyeruak Kampungku Koro'oto berteriak Ketika aku di luar sana hati tergerak Batsyeba Bois - Rasi, rebah Marthen Ora - rebah Enggelina Bani-Ora - rebah Orgenis Bois - rebah Eliazer Ora - rebah Saat itu aku layaknya pemusik rebana Nun jauh di sana berdendang lagu bernada. Aku bersayap terbang jauh Aku bergumul dalam tugas nun jauh Aku debu lemah berdaging lelah Hingga tak dapat bangun saat rebah. Saat demikian, Aku tegar walau tak tegas Aku merasa kekar walau tak kekal. Aku dihibur rekan dalam sapaan manis Aku dikuatkan sahabat dalam topangan necis Lalu aku dapat tersenyum yang mungkin saja manis, walau sesungguhnya ronaku tak necis. Selamat jalan kakak Eliazer Ora. Adik tak dapat meraba jasadmu. Tapi... Adik dapat merasakan jasamu. Terima kasih Tuhan. Duka kuratapi dan kusyukuri. Chiang Mai, 31 Juli 2019

Tak Terduga Sebelumnya

Tak Terduga Sebelumnya (seri ke-2, Adakah anak menangis untuk Ayahnya?) Kata orang, "sudah suratan takdir!".  Yang lain mengatakan, "Sudah waktunya!" Lalu kaum berTuhan berseru nyaring, "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah Nama-Nya!" Saya sungguh tak menduga, bahwa kakak Eliaser Ora akan meninggal di saat saya tidak berada di tempat. Sepanjang malam (Senin, 29/07/2019) hingga pagi (Selasa, 30/07/2019) saya sama sekali tidak dapat menutup mata yang mestinya harus tidur untuk mendapatkan kesegaran tubuh. Lalu, saya menulis artikel pertama, Adakah Anak Menangis Untuk Ayahnya? Ketika hari belajar (workshop) berlangsung, sampai istirahat untuk menikmati minum pagi, saya merasa ada yang kurang pada sayaa setelah minum kopi. Tubuh ini terasa tak hendak bersahabat. Saya terus memaksakannya. Sesudah makan siang, terus mengikuti materi workshop sampai rehat kedua. Pada saat rehat kedua, saya benar-benar tidak ingin minum bahka

Bahasa Berbeda bukan Halangan Belajar Bersama (1)

Gambar
Bahasa Berbeda bukan Halangan Belajar Bersama Ini sebahagian cerita pengalaman belajar bersama rekan-rekan praktisi Bahasa Daerah dari empat negara: Thailand, Indonesia, Myanmar dan Pakistan. Ada 30 orang peserta workshop Etno Arts yang diadakan oleh Payap University, 22 Juli - 2 Agustus 2019. Workshop dihelat di CH Hotel Chiang Mai, Thailand. Bila menelisik para peserta dari sudut pandang bahasa yang dipergunakan, terdapat empat bahasa nasional di dalamnya. Tetapi, bila harus menelisik lebih dalam untuk mengetahui bahasa daerah yang dipakai oleh setiap grup yang datang, oh ... ada banyak perbedaan pada bahasa daerah yang dipakai. Sebutlah tim dari Indonesia yang datang dari Kupang (UBB GMIT Kupang) dan Pakistan. Dari Kupang ada lima peserta; dua orang menggunakan Bahasa Daerah Amarasi, satu orang berbahasa Dhao, satu orang berbahasa Teiwa, dan satu orang lagi berbahasa Melayu Kupang. Dari Pakistan peserta hanya dua orang, dan masing-masing berbahasa daerah sendiri. Keduan

Adakah Anak Menangis Untuk Ayahnya?

Gambar
Adakah Anak Menangis untuk Ayahnya? Berhubung mata ini tidak mau bekerja sama rupanya dengan tubuh besar sekalipun sudah tengah malam, mata ini tetap menyala. Jadi, saya meluncur ke aplikasi youtube dengan kata kunci yang tak tentu, saya tulis sadly movies . Saya temukan satu judul, DAD. Saya mengklik pada film berdurasi 8:03 menit itu. Ternyata film dokumenter dimana Eka Gustiwana menjadi produsernya. Kisah yang difilmkan ini rasanya sederhana dengan mengeksplorasi kehidupan keluarga sederhana pula. Seorang ayah sebagai penarik becak motor di satu kota besar. Ia mempunyai seorang gadis kecil yang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Penghasilan sang ayah yang tidak seberapa dari menarik becak motor ini menyebabkan sang anak menjadi bulan-bulanan teman-temannya di sekolah. Hal ini terus berlangsung sampai ia memasuki masa remaja dan duduk di bangku sekolah menengah atas. Sikap hedonis melanda kaum remaja. Gaya hidup menjadi tuntutan untuk penampilan. Pakaian, sepatu, tas, han

Mestinya Belajar Menggambar?

Gambar
Mestinya Belajar Menggambar? Pengalaman belajar sebagai pelajar telah lama berlangsung dan terus belajar sepanjang masih mau belajar. Itulah sebabnya, hidup ini bila dipandang dari aspek pendidikan, hidup ini adalah kesempatan untuk belajar. Apa saja yang mesti dipelajari? Saya, sejak tidak lagi menjadi pelajar (dan mahasiswa), belajar masih saya lakoni. Belajar sebagai orang dewasa tentu berbeda dengan belajar sebagai anak-anak (murid, siswa, peserta didik) dan mahasiswa. Luas-sempitnya dunia belajar bagi orang dewasa bergantung pada kemauan memperoleh sesedikit atau sebanyak mungkin pengetahuan dan ketrampilan itu, apalagi bila seseorang itu sudah berada dalam satu sistem oleh karena tuntutan tugas dan profesi. Belajar baginya tidak mesti berhenti. Salah satu di antara proses belajar untuk mendapatkan ketrampilan bagi seorang guru (terlebih guru PAUD/TK dan SD), adalah belajar menggambar. Mengapa menggambar? Pengalaman mengajarkannya pada saya. Ketika menghadiri works