Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 21, 2021

Tangisan tanpa Pelukan

Gambar
 Tangisan tanpa Pelukan Hari ini, Jumat (26/02/21), di kampung kami sebagaimana hari kemarin, Kamis (25/02/21) mendung masih terus membayangi hari siang. Surya  dan cahayanya tak mendapatkan peluang untuk menampakkan diri, walau sesekali terlihat ia bagai mencuri peluang di celah mega yang berarak membawa berton-ton bongkahan tetes air yang sewaktu-waktu akan dicurahkan ke bumi. Becek tak terhiraukan. Rintik hingga hujan seadanya sampai menderas, siapa peduli. Semua orang yang hadir dalam dua peristiwa duka terus mengikuti dua upacara subat dalam rangka menguburkan dua jenazah orang-orang terkasih di dalam kampung ini. Mendung terus menggelayut. Ia bagai melekat rekat di pelukan cinta sepasang kekasih yang hendak berpisah. Air mata terus membasahi pipi para peratap. Kerongkongan para peratat bagai tersumbat. Suara normal menjadi abnormal pada pendengaran pelayat. Satu peti berisi jenazah seorang ayah yang meninggalkan 4 orang anak telah diusung pergi ke arah Timur. Di sana para pengusu

Fajar Harapan tak Menyapu Mendung Senja

Gambar
  Fajar Harapan tak Menyapu Mendung Senja Ketika kaum unggas menyambut datangnya fajar baru pada hari ini, mendung masih rindu membungkus mayapada. Ia tidak rela melepas pelukannya bagai kekasih yang tak rela ditinggal. Ia terus memeluk sepanjang hari ini, bahkan ketika senja menjelang. Mentari bersinar sebentar saja. Kaum bergegas mengantarkan jemuran yang telah mengantar aroma apek beberapa hari ini. Rasanya para kaum hendak menahan laju bergesernya sang penguasa hari siang dalam sendu mayanya. Tapi berjubel tapak tangan sejagad pun tak mampu menahannya walau sedetik saja. Ia terus bergerak seturut sistem yang sudah baku patronannya pada semesta alam ini. Angin berhembus perlahan-lahan saja. Ia terus memberikan nuansa kesejukan walau sebentar saja beriringan dengan mentari yang memberikan secercah harapan pada hari ini. Angin terus menyapa permukaan bumi bersama isinya. Semuanya tetap dalam sistem yang tidak banyak berubah kecuali pada makhluk hidup yang disebut sebagai berakhlak mul

Rintik Senja Rintih Sendu

Gambar
Rintik Senja Rintih Sendu Hujan bukan suatu masalah lagi bagi kita setelah beberapa waktu ini ia tidak henti-hentinya turun membasahi permukaan bumi. Rerata orang kampung tenang dan tampak kurang nyaman dengan situasi ini. Tenang-tenang saja karena debit air pada sumber-sumber air mulai naik, dan mata-mata air yang sebelumnya kering kini sudah dapat mengeluarkan air. Sementara itu, pepohonan makin rimbun saja walau petugas PLN terus menerjang dengan tebangan sepanjang jalan atas alasan akan menghalangi jaringan kabel listrik. Makin banyak pepohonan yang menumbuhkan tunas-tunas baru diikuti dengan banyaknya anakan baru yang bertunas, maka sangat memungkinkan dua hal terjadi. Pertama, menjadi daerah resapan air yang sekaligus memberikan peluang oksigen (udara) makin besar di pedesaan, pedalaman, daerah perbukitan dan lembah-lembah. Kedua, pakan ternak untuk peternak tetap. Para peternak yang tidak menggembalakan ternak akan dengan mudah mendapatkan pakan setiap harinya. Ada pula faktor l