Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Hari Lahirnya Liburku

Hari Lahirnya Liburku Dua puluh satu Desember dua ribu sembilan belas, hari itu kami menyerahkan laporan hasil belajar mengajar kepada orang tua siswa. Sembilan puluh lima laporan kami serahkan. Setiap orang tua yang datang mengambil satu atau dua laporan hasil belajar mengajar itu. Tiap kelas, guru kelas memanggil nama, menyampaikan secara singkat, padat dan jelas walau mungkin membingungkan orang tua, tokh mereka harus mengambil laporan itu dan segera kembali ke rumah. Sesudah menyerahkan laporan hasil belajar mengajar, para guru pun berbagi ke rumah masing-masing-masing. Sebelumnya mereka saling menyalami, mengingat hari raya umat Kristen telah tiba. Besar kemungkinan untuk tidak saling bertemu dalam masa raya ini, berhubung tempat tinggal yang berjauhan, kecuali mereka yang tinggal sedesa. Liburanpun tiba. Menyengkan? Tentu saja menyenangkan bahkan menjadi kabar paling dinanti-nantikan oleh para siswa. Mereka bahkan sebahagian kecil saja yang mengikuti apel siang untuk membe

Antara Intensitas dan Kualitas

Antara Intensitas dan Kualitas Hari ini, Kamis (19/12/19), saya amat lelah sesungguhnya setelah berada dalam satu tugas pokok di akhir semester pertama tahun pelajaran 2019/2020. Satu tugas pokok yang saya maksudkan adalah rapat guru. Dalam rapat ini kami membahas satu agenda tunggal yang kemudian diberi warna sari sebagai agenda penyanggahnya. Agenda tunggal yang saya maksudkan itu adalah, membahas situasi dan kondisi siswa, guru, dan proses pembelajaran di setiap kelas (I-VI) selama satu semester. Rapat ini menjadi menarik dan sangat berkualitas, mengingat saya untuk pertama kalinya mendengarkan pernyataan-pernyataan menarik dari para guru kelas dan dua orang guru mata pelajaran. Pernyataan menarik justru terjadi bukan pada materi pokok yaitu sikon siswa, guru dan proses pembelajaran, tetapi pada materi penyanggah yang saya beri nama warna sari tadi. Intensitas rapat, kira-kira itu salah satu hal yang diharapkan dari mereka yang bersuara seakan "meneror" kepala sekol

Percakpan Dua Bayangan

Percakapan Dua Bayangan Pengantar Suatu sore satu sosok bayangan menulis dengan mengutip ayat alkitab. Ayat alkitab itu ditempatkan pada dinding apa yang disebutkan orang dengan nama media sosial, feisbuk, (katanya tulis yang benar facebook, ini Bahasa Inggris). Sebagai salah satu yang suka nongkrong iko-iko di feisbuk, saya mendapati tulisan itu dan membacanya. Lalu tergeraklah untuk memberi tanggapan, yang dalam kolom itu disebut komentar, yang kalau keliru tendes/klik pakai Bahasa Inggris, comment . Nah, jadilah percakapan dari dua bayangan yang tidak saling mengenal. Saya kutipkan berikut ini. Isi Percakapan Dua Bayangan Isi dari ayat alkitab saya tidak kutipkan di sini. Saya kutipkan apa yang kami tulis yang kira-kira bila saling berhadapan, duduk bersama, pasti disebut diskusi, entah menarik atau apa pun istilahnya. Pembaca mulailah dari Bayangan A, berhubung dialah yang memberikan komentar terlebih dahulu.   Lalu, pada akhirnya ditutup juga oleh Bayanga

Kepala Sekolah, NUKS dan Sertifikat KS

Gambar
Kepala Sekolah, NUKS dan Sertifikat KS Pengantar Satu kegiatan nasional oleh Kemdikbud sedang giat-giatnya dilakukan akhir-akhir ini, berkejaran unrtuk menyelesaikan program ini pada tahun 2020 yang akan datang. Program Pendidikan dan Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah, disingkat Diklat PKS. Seluruh KS negeri, swasta di Indonesia disertifikasi. Satu-satunya lembaga yang diberi mandat untuk itu adalah LPPKS, namun jumlah kepala sekolah di Indonesia yang teramat banyak sementara tenggat waktu terbatas, maka diperbantukanlah tugas itu kepada PPPPTK Bahasa (P4TK-Bahasa). Singkatan dari apa itu? Pusat Pengembagan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa.  P4TK Bahasa telah dan sedang menunaikan tugasnya di NTT sebagai salah satu tempat penugasannya. Beberapa jilid Diklat PKS diselenggarakan di NTT dengan mengambil tempat di Kota Kupang dan kota lain yang ditunjuk untuk maksud itu. Saya salah seorang di antara para KS yang mengalami kegiatan ini. Menarik.

Inikah Kemerdekaan Guru, Siswa dan Unit Sekolah?

Gambar
Inikah Kemerdekaan Guru, Siswa, dan Unit Sekolah? Hari ini beredar kiriman entah siapa yang memulainya. Tapi, telah beredar di grup-grup WhatsApp paling kurang tiga hal yang dikeluarkan oleh Kemdikbud RI. Permendikbud No. 43/2019 tentang Penyelenggaraan Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan Permendikbud No. 44/2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada TK, SD, SMP, SMA, dan SMK Satu fail ppt dalam bentuk pdf dengan subjek utama, Merdeka Belajar. Ketiga hal ini sungguh membuat para guru (kepala sekolah, guru MP, guru Kelas, guru BK) dan tendik seakan mendapat 'angin sorga' kebijakan baru. Dari grup dimana saya berada, para guru rerata memberi jempolnya. Rasanya semua senang, dan menyetujui perubahan paradigma ini. Padahal, saya ingat juga bahwa semua konsep yang ditawarkan selalu baik pada pandangan/pendengaran pertama kalinya. Simak dan ikutilah selanjutnya, apakah semua itu akan membuat para guru benar-benar
Gambar
Peran Jubir, Juru Bicara dalam Varian Urusan Sosial dan Religi Pengantar Dalam kebaktian Minggu (8/12/19) di Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto, pendeta yang memimpin kebaktian menyinggung kata jubir, juru bicara.  Begini kata sang pendeta (kurang lebih, saya kutip pernyataan lisannya), " Jubir itu, kalo mau maso minta nona, pasti cari jubir yang bisa ba'omong bae. Kalo su jadi, waktu maso minta dia pung pake, waah... begitu. Tampil beda. Ma, ais kalo itu pengantin dua orang su bakatumu, jubir pung tugas su abis. Sonde ada jubir yang dudu sama bagaya deng penganten ee... ko karmana?" Menarik! Pengalaman Berjubir Saya bukanlah seorang yang mampu menjadi  jubir, juru bicara.  Pengalaman selama ini saya coba urai sedikit di sini bagaimana menjadi jubir. Jubir dalam praktiknya di tengah masyarakat lebih pada urusan perkawinan. Jubir menjadi jembatan penyeberangan dua keluarga pasangan calon suami-isteri. Dua keluarga yang bakal berbesanan. Dua kelu

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Gambar
Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan Pernahkah pembaca melihat bawang putih atau genoak yang ditusuk peniti lalu ditempatkan di baju bayi? Penempatannya dapat dilakukan di bahu (seperti pada gambar), juga di dada. Kira-kira ada yang pernah bertanya pada penggunanya? Tentu saja mesti bertanya pada orang tua bayi itu, bukan pada bayinya? Atau mungkin pembaca pernah menjadi pelakunya? Maksudnya ketika anda punya bayi berumur 1 hari hingga 6 - 12 bulan, tindakan menempatkan peniti bertusukan bawang putih atau genoak itu anda pernah lakukan? Anda pasti mengetahui, dan mempunyai alasan mengapa melakukan hal itu? Anda yang pernah melihatnya dan bila itu terjadi berkali-kali, artinya itu sudah kebiasaan umum. Hal yang sama bila anda pernah melakukannya. Apakah anda yang melihatnya mengetahui bahwa itu hanya suatu kebiasaan belaka? Demikian juga anda yang pernah melakukannya hanya karena latah pada orang lain atau apa kata orang tua? Penge

Ha ha... Kurikulum?

Ha ha ... Kurikulum? Melalui aplikasi messenger, seorang rekan guru yang suka menulis mengajak saya berdiskusi tentang satu tema besar yang akhir-akhir ini sedang menjadi tranding topic, kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hal ini tentu tidak sedang dalam main-mainan kata seakan-akan oleh para pujangga memainkan kata dalam frase sehingga terasa indah ketika membacanya. Menurut berbagai pemberitaan di media, perubahan kurikulum itu sangat urgen mengingat NKRI hendak mengejar ketertinggalannya dan sekaligus menyesuaikan proses pembelajarannya dengan perkembagan yang sedang terjadi di awal milenium ketiga ini. Tidak tanggung-tanggung ketika Presiden memilih Mendikbud dari kalangan yang tidak biasa. Mengapa? Mendikbud dalam Kabinet Indonesia Maju dipilih dan dilantik justru dari pelaku usaha mapan berteknologi. Jadi, Rasanya jauh panggang dari api, tetapi, geliat dan gebrakan telah dimulai. Mendikbud memulai dengan menghimpun pandangan pemangku kepen

Kisah Inspiratif dari Lelogama

Kisah Inspiratif dari Lelogama (saya kutip kembali dari blog saya di FB) Pembangunan Observatorium sebagai Program nasional yang ditempatkan di wilayah Amfo’an telah dan akan berdampak luas pada masyarakat Amfo’an khususnya pada di sekitar bukit(gunung) Timau. Dikisahkan oleh Pdt. (emr) L. Jumetan bahwa terjadi “pertentangan” antarkelompok masyarakat di sana. Akibat yang ditimbulkan dari “pertentangan” itu nyata pada sikap dan tindakan masyarakat terhadap lingkungan alam dan nuansa berkeyakinan. 1. Sikap dan tindakan masyarakat terhadap lingkungan alam sekitar Timau Menurut narasumber, komunitas masyarakat mengklaim area tertentu sebagai milik mereka. Mereka akan mengizinkan bila ada pemberian ganti rugi atas hak ulayat atau hak kepemilikan tanah/area dimana akan ditempatkan bangunan observatorim itu. Masalah ini menyebabkan mereka tidak segera menyerahkan tanah, tetapi justru hendak menutup akses pembangunan. 2. Sikap dan tindakan masyarakat terhadap nuansa berkeyakinan Ko
Terlupakan dalam Urusan Pernikahan Aih... ada apa ini? Saya sudah menulis sebelumnya tentang nikah massal nikah miskin, sisi positif dan (mungkin sedikit) sisi negatifnya. Beberapa orang telah membaca, ada yang menyukai dan terlebih lagi telah memberikan komentar dan diskusi mengenai hal itu. Saya teringat akan satu hal yang biasanya terjadi dalam urusan pernikahan/perkawinan, yaitu, Panitia Penyelenggara Resepsi. Ada beberapa oknum yang dianggap mempunyai peran penting dalam kepanitiaan yang dibentuk seperti dadakan pada acara apa yang disebut pica bok. Orang di Pah Amarasi menyebutnya, hirik pika'-sono'. Tulisan ini tidak menyebut semua yang terlibat dalam panitia, kecuali menyebutkannya sambil lalu saja, di antaranya urusan dapur yang menggunakan istilah ibu dapur atau mama dapur. Sang ibu dapur sudah harus dapat menghitung besaran anggaran yang dibutuhkan, jenis menu yang akan diolah dan disajikan, jumlah orang yang akan menikmati, dan menaruh rasa kuatir