Postingan

Menampilkan postingan dari Januari 19, 2020

Uki 'maef ~ bonggol pisang

Gambar
Uki 'maef ~ Bonggol Pisang Mula Aksara Masyarakat adat Pah Amarasi (Amarasi Raya) dan pengguna Uab Meto' mengenal kata pada judul ini. Saya agak enggan menerjemahkannya langsung pada judul ini, namun saya teringat pembaca non pengguna Uab Meto' yang pasti akan bertanya tentang istilah itu. Maka, saya pun menerjemahkannya secara lurus, uki 'maef secara harfiah artinya, bonggol pisang. Ada ada dengan uki 'maef? Menarik sekali orang Amarasi Raya yang sering menjadi pembicara terdepan sebagai mafefa', juru bicara. Mereka akan menggunakan kalimat yang sederhana namun sarat makna. Dua di antara idiom yang selalu digunakan dalam percakapan hingga perarakan pengantin ke rumah pihak keluarga laki-laki, yaitu; 1)  beben uik ana' biasanya dipadankan dengan teuf ana'. 2) seib uik ana'. Aksara dalam Idiom Bermakna Saya pernah berbicara dalam satu kesempatan pada sepasang pengantin adat. Pada saat itu urusan pernikahan adat tidak sampai tunt

Seperti Bambu dan Tebing

Seperti Bambu dan Tebing Pada kesempatan mengikuti kebaktian persiapan peneguhan dan pemberkatan satu pasangan nikah masehi, kami beberapa orang tua boleh berbicara sebagai nasihat kepada pasangan nikah. Pemimpin kebaktian telah bersuara untuk maksud yang sama. Dua orang tua telah berbicara, bahkan seorang di antara keduanya itu berbicara lumayan lama, sehingga rasanya tidak perlu lagi seorang pun menambahkan nasihat. Walau begitu, seseorang yang duduk di samping saya tetap mendorong saya untuk dapat berbicara. Saya pun angkat bicara. "Pasangan nikah masehi yang berbahagia. Anda berdua akan segera masuk dalam upacara menurut agama yang anda anut. Nasihat dan peringatan Firman Tuhan telah disampaikan oleh hamba Tuhan yang melayani pada saat ini. Kami para orang tua hanya menambah. Saya tidak berbicara panjang lebar. Pendek saja." Saya menyambung, "Anda berdua, dan semua yang hadir di sini tentu ingat kata pepatah, bagai aur dan tebing. Aur itu bambu dan tebin

Nasaap Pah

Nasaap Pah Sebagai orang Amarasi Raya, pernahkah anda mendengar istilah yang saya tempatkan di judul tulisan ini? Terjemahan lurunya berbunyi, tendang negri, tendang negara, tendang kampung. Akh... Jika terjemahannya seperti itu, jangan-jangan ada ketidakberesan di sana? Tidaklah demikian! Nasaap pah yang dimaksudkan di sini adalah, meluaskan wilayah, menjadikan negeri semakin luas dan besar. Ini pun masih tendensius. Apakah orang akan melakukan perang? Jawabannya, tidak! Ini jawaban tegas, Tidak! Lalu, apa yang dimaksud dengan nasaap pah?  Pada mereka yang paham budaya bertutur di kalangan Atoin' Meto', mendengar kata itu, imej jatuh pada mereka yang baru saja menikah, meninggalkan orang tuanya, memilih menetap di lokasi baru bergabung dengan komunitas baru. Di sana mereka akan menjangkau area, locus yang lebih luas. Mengapa? Sepasang suami-isteri diharapkan akan mempunyai anak sebagai pelanjt keturunan. Nama keluarga (nonot, marga, fam), akan terus melekat pada an