Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Uim Po'on

Gambar
Uim Po'on, Rumah di dalam  Po'on Bagi orang Atoni' Pah Meto' , secara keseluruhan salah satu cara bertanam yang dikenal umum yang disebut po'on atau po'an. Dua gaya yang kelihatannya berbeda, tetapi objeknya sama. Objek itu yaitu sebidang tanah yang di dalamnya ditanami tanaman umur panjang. Jenis-jenis tanaman itu selalu disebutkan berpasangan yaitu sirih-pinang ( puah-manus ) dan pisang-kelapa ( uki-noah ). Tanaman umur panjang lainnya seperti nangka, sirsak. Sementara tanaman perdagangan seperti kemiri dan pohon-pohon jati serta mahoni. Semua tanaman ini ditanam dalam satu area dimana ada aliran air, kali kering, kali berair sedikit, hingga sungai-sungai kecil. Lalu, di sana dibangunlah satu unit rumah yang disebut uim po'on atau uim po'an. Sebelum  suatu area itu menjadi  po'on/po'an, terlebih dahulu area itu dijadikan ladang. Sudah dalam pengetahuan umum bahwa ladang akan ditanami dengan jagung-padi ( pena'-maka'/ane ). Di d

Gaya Berkabung masyarakat adat Amfo'an

Gambar
Gaya Berkabung Masyarakat Adat Amfo'an Gaya Berkabung Kaum Muda (Lajang) di Amfo'an Foto: dokpri, Roni Bani Pengantar Kemarin, Senin (8/11/21), kami, satu rombongan kecil keluarga berangkat dari desa Nekmese' Kecamatan Amarasi Selatan. Rombongan kecil ini akan menuju desa .(Oh) Oo-Aem 2 Kecamatan Amfoang Selatan. Kami akan turut bersama-sama dengan satu keluarga di sana dalam suasana dukacita. Tepatnya, mereka sedang dalam suasana berkabung berhubung meninggalnya orang tua terkasih mereka. Keluarga dan rumpun keluarga di dusun Nenu' itu berduka untuk kedua kalinya setelah dua minggu sebelumnya ada masa perkabungan di rumah yang sama. Kami memilih untuk turut serta dalam suasana duka itu karena seorang anggota keluarga kami telah dinikahi oleh seorang pemuda dari keluarga yang sedang mengalami suasana duka ini. Kami berangkat Senin pukul 21.00 WITa dan baru tiba di sana pada pukul 03.00 WITa hari berikutnya yakni, Selasa (9/11/21). Jarak tempuh tercepat 105 km melalui Po

Modifikasi Gaya Meminang

Gambar
  Modifikasi Gaya Meminang Pengantar Dalam tahun-tahun dimana pandemi covid-19 mendera dan merambah dunia, kesehatan individu dan masyarakat menjadi yang prioritas untuk mendapat perhatian. Maka, pemerintah memulai dengan himbauan yang bermuara sebagai aturan yakni, bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Selanjutnya diikuti dengan 3 M, 3 T dan kini mencapai 6 M. Lantas daerah-daerah melaksanakan pembatasan-pembatasan baik skala menengah hingga mikro dengan pemberian nama zona dengan warna-warna tertentu. Zona-zona itu akan memberi ruang atau tidak memberi ruang gerak pada masyarakat. Kini dengan penentuan level 1 - 4; kota, kabupaten dan provinsi hingga kecamatan dan desa/kelurahan pun berlaku hal itu. Situasi pandemi covid-19 kiranya tidak harus menjadi penghalang pada individu dan komunitas masyarakat untuk mengurus hal-hal yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup. Salah satu di antaranya yakni mengurus perkawinan/pernikahan. Suatu dilema terjadi pada banyak kalangan yang ha

Cerita Maso Minta (Meminang)

Gambar
Cerita Maso Minta (Meminang) Pengantar Upacara Perkawinan atau upacara pernikahan, entah dua istilah (kata/frase) ini mana yang paling tepat sebagai diksi pada suatu upacara yang mentautkan secara legal cinta sepasang kekasih. Pasangan kekasih akan sangat berbahagia manakala cinta mereka yang semula hanya ada dalam pengetahuan keduanya atau beberapa orang saja, kemudian berlanjut ketika "diproklamasikan" di hadapan orang tua, para tetua dan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal melegalkan ikatan cinta ke dalam satu rumah tangga. Upaya menuju satu rumah tangga tidak selalu mulus dan lancar. Bagai menempuh perjalanan, di sana ada jalan berkelok, mendaki atau menurun, hingga mencapai area datar yang mulus laksana tanpa batu antukan. Di titik area terakhir ini, orang merasa telah sampai pada titik awal untuk memulai rumah tangga baru. Mereview perjalanan yang berkelok, mendaki atau menurun itu, saya beberapa kali mempunyai pengalaman ini. Beberapa catatan pernah saya buat di dal

Tangisan tanpa Pelukan

Gambar
 Tangisan tanpa Pelukan Hari ini, Jumat (26/02/21), di kampung kami sebagaimana hari kemarin, Kamis (25/02/21) mendung masih terus membayangi hari siang. Surya  dan cahayanya tak mendapatkan peluang untuk menampakkan diri, walau sesekali terlihat ia bagai mencuri peluang di celah mega yang berarak membawa berton-ton bongkahan tetes air yang sewaktu-waktu akan dicurahkan ke bumi. Becek tak terhiraukan. Rintik hingga hujan seadanya sampai menderas, siapa peduli. Semua orang yang hadir dalam dua peristiwa duka terus mengikuti dua upacara subat dalam rangka menguburkan dua jenazah orang-orang terkasih di dalam kampung ini. Mendung terus menggelayut. Ia bagai melekat rekat di pelukan cinta sepasang kekasih yang hendak berpisah. Air mata terus membasahi pipi para peratap. Kerongkongan para peratat bagai tersumbat. Suara normal menjadi abnormal pada pendengaran pelayat. Satu peti berisi jenazah seorang ayah yang meninggalkan 4 orang anak telah diusung pergi ke arah Timur. Di sana para pengusu

Fajar Harapan tak Menyapu Mendung Senja

Gambar
  Fajar Harapan tak Menyapu Mendung Senja Ketika kaum unggas menyambut datangnya fajar baru pada hari ini, mendung masih rindu membungkus mayapada. Ia tidak rela melepas pelukannya bagai kekasih yang tak rela ditinggal. Ia terus memeluk sepanjang hari ini, bahkan ketika senja menjelang. Mentari bersinar sebentar saja. Kaum bergegas mengantarkan jemuran yang telah mengantar aroma apek beberapa hari ini. Rasanya para kaum hendak menahan laju bergesernya sang penguasa hari siang dalam sendu mayanya. Tapi berjubel tapak tangan sejagad pun tak mampu menahannya walau sedetik saja. Ia terus bergerak seturut sistem yang sudah baku patronannya pada semesta alam ini. Angin berhembus perlahan-lahan saja. Ia terus memberikan nuansa kesejukan walau sebentar saja beriringan dengan mentari yang memberikan secercah harapan pada hari ini. Angin terus menyapa permukaan bumi bersama isinya. Semuanya tetap dalam sistem yang tidak banyak berubah kecuali pada makhluk hidup yang disebut sebagai berakhlak mul

Rintik Senja Rintih Sendu

Gambar
Rintik Senja Rintih Sendu Hujan bukan suatu masalah lagi bagi kita setelah beberapa waktu ini ia tidak henti-hentinya turun membasahi permukaan bumi. Rerata orang kampung tenang dan tampak kurang nyaman dengan situasi ini. Tenang-tenang saja karena debit air pada sumber-sumber air mulai naik, dan mata-mata air yang sebelumnya kering kini sudah dapat mengeluarkan air. Sementara itu, pepohonan makin rimbun saja walau petugas PLN terus menerjang dengan tebangan sepanjang jalan atas alasan akan menghalangi jaringan kabel listrik. Makin banyak pepohonan yang menumbuhkan tunas-tunas baru diikuti dengan banyaknya anakan baru yang bertunas, maka sangat memungkinkan dua hal terjadi. Pertama, menjadi daerah resapan air yang sekaligus memberikan peluang oksigen (udara) makin besar di pedesaan, pedalaman, daerah perbukitan dan lembah-lembah. Kedua, pakan ternak untuk peternak tetap. Para peternak yang tidak menggembalakan ternak akan dengan mudah mendapatkan pakan setiap harinya. Ada pula faktor l

Haef si Pembawa Kabar mulai Tergerus

  Haef si Pembawa Kabar mulai Tergerus Masyarakat adat di Pah Meto' (Pulau Timor) mengenal satu istilah dalam bahasa Uab Meto',  haef,  yang artinya pembawa kabar. Padahal, secara lurus kata ini adalah anggota tubuh yaitu kaki. Posisi kata ini dapat berubah-ubah menurut bentukannya, misalnya  haek, haen, haem dan haef. Mengapa begitu, karena kata bila kata ini mendapatkan subjek tertentu, maka akan berubah, kecuali pada kata  haef,  yang merupakan kata benda asli dan sekaligus kata sifat. Contoh penggunaannya, sebagai berikut: Au haek   ~ kaki saya Ho haem ~  kaki kamu In haen ~    kakinya Nah, ketika kalimat pendek di atas menunjukkan bahwa kata-kata  haek, haem,  dan  haen  sebagai kata benda. Kata itu dapat berubah menjadi kata kerja bila mendapatkan imbuhan (prefiks) Au ' haek ~  saya berdiri Ho m haek ~ kamu berdiri In n haek ~  Dia berdiri Hai m haek ~  Kami berdiri Hi m haek ~ Kamu berdiri Sin n haken ~ Mereka berdiri Hit t haek ~ Kita berdiri Kata dasar haef yan