Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Maat Hitu' Tujuh titik Sumber Air

Gambar
sumber air Maat Hitu', foto; Merdana Ora   Maat Hitu' Tujuh Titik Sumber Air Pengantar Desa Nekmese yang dibentuk pada tahun 1968 merupakan gabungan dari desa-desa gaya lama yang didasarkan pada faktor genealogi. Faktor yang demikian ini yakni suatu desa gaya lama berada dalam kawasan komunitas umi-umi atau nonot-nonot yang terdiri merupakan kerabat-kerabat terdekat. Merekalah pembentuk desa-desa gaya lama yang pada masa masa pemerintahan adat ke-usif-an, merupakan bagian struktur wilayah yang disebut kuan dengan kepala kuan disebut 'nakaf.  Ketika terjadi persentuhan dengan dunia luar dimana pengaruh kerajaan Majapahit tiba di Timor, para 'nakaf berganti nama baru menjadi Temukung, yang berasal dari kata Tumenggung. Jadi, para 'nakaf yang menjadi temukung tetap dengan wilayahnya yang secara struktur pemerintahan adat berada di bawah suatu wilayah kefetoran, dan kefetoran berada di bawah sonaf utama yakni pusat pemerintahan adat ke-usif-an. Dalam masa berjalan, akh

Teu'baun Menatap Hari Depan

Gambar
 Teu'baun Menatap Hari Depan Wakil Bupati Kupang, Jery Manafe, S.H.,M.Th, memegang batu pertama untuk ritual peletakan batu pertama pembangunan Gedung Gereja Jemaat Teu'baun Betania Rabe; Foto: Ansel Bani Pengantar Pada hari Selasa (26/10/22) suatu acara berlangsung secara terpadu di desa Rabeka Kecamatan Amarasi Timur. Acara ini diselenggarakan oleh GMIT Jemaat Teu'baun Betania Rabe, Klasis Amarasi Timur. Saya salah satu yang mendapatkan undangan yang dikirim via aplikasi WhatsApp.  Dua hal dipadukan dalam satu satuan waktu pelaksanaannya yakni, memperingati hari lahirnya Jemaat Teu'baun Rabe dan Peletakan Batu Pertama pembangunan gedung gereja (baru). Perpaduan yang ekonomis oleh karena bila diacarakan berbeda waktu, tentulah tidak efisien dan efektif. Pada kesempatan ini, Pdt. Trovia Niap-Ratu Edo, S.Th yang menjadi Pengkhotbah. Khotbah yang menyentil pula suksesi Kepala Desa Rabeka. Entahlah secara sadar hendak mengingatkan masyarakat Dusun Rabe bahwa ibukota desa R

Hujan Dalam Rangka Apa??

Gambar
Terlihat rerumputan mulai menghijau setelah hujan berlangsung beberapa hari Foto: dokpri; RoniBani    Pengantar  Masyarakat adat Pah Amarasi yang berprofesi sebagai petani (ladang) dan beternak (sapi dan babi), selalu diperhadapkan dengan situasi dan kondisi alamnya. Alam Pah Amarasi yang rerata berada 500-600 meter di atas permukaan laut menyajikan pemandangan yang indah pada musim hujan, karena pada saat itu hutan menghijau dimana-mana. Kesejukan pada pandangan mata antara bulan Mei - September disebabkan hutan masih memperlihatkan keindahannya dengan hijauan. Peternak (sapi dan babi) sangat bersyukur antara bulan Desember tahun sebelumnya sampai bulan Agustus hingga pertengahan September tahun sesudahnya. Bila musim tanam berlangsung pada bulan Desember tahun sebelumnya hingga Januari tahun sesudahnya, maka musim panen (menuai) berlangsung antara April - Mei. Sesudah panen, ternak-ternak sapi dan babi akan menjadi perhatian utama walau mungkin jumlahnya hanya berkisar antara 2 - 5 e

Natu' Pilu', metode pewarisan budaya pada masyarakat Pah Binoni Amfo'an

Gambar
 Natu' Pilu', metode pewarisan budaya pada masyarakat Pah Binoni Amfo'an Pengantar Saya baru saja menghadiri suatu acara maso minta (peminangan) di Lelogama ibukota Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang. Acara ini berlangsung pada hari Jumat (7/10/22) sekira pukul 16.00 WITa. Acara ini dihadiri oleh banyak pemuka masyarakat baik dalam kapasitas sebagai anggota keluarga maupun pejabat desa/kelurahan. Acara serupa sangat sering saya hadiri di kota Kupang, yakni maso minta. Maso minta sudah menjadi budaya yang khas masyarakat adat di perkotaan Nusa Tenggara Timur. Hal ini merembes sampai ke pedesaan di dalam Pulau Timor dan sekitarnya. Beberapa tulisan saya tentang maso minta dapat dilihat pada blog ini. Secara umum ketika rombongan keluarga pihak laki-laki datang, mereka akan tiba dengan barang bawaan yang terasa sudah diterima secara umum yakni 5 dulang (baki, a'tupa'). Kelima dulang itu sudah "terstandarkan" yakni: Dulang pertama berisi, lilin dan kit

Duduk Makan Bersama Dalam Masyarakat Adat

Gambar
  Duduk Makan Bersama Dalam Masyarakat Adat   Pengantar   Ziarah kehidupan manusia yang semula nomaden kemudian beralih menjadi menetap ketika terjadi revolusi hijau, menyebabkan manusia memiliki pola pikir yang mengevolusi gaya hidup seperti berpakaian dan mengkonsumsi sesuatu secara bersama dan tetap. Pada saat manusia mulai mengenal pola bercocok tanam, tanaman-tanaman palawija dan tanaman pangan dikembangkan secara besar-besaran. Beternak secara tetap sehingga mendapatkan profesi sebagai peternak dan gembala merupakan sikap dan tindakan yang bersamaan dengan revolusi hijau. Menangkap ikan yang semula dilakukan di sungai atau danau beralih ke laut, yang menelorkan ketrampilan hingga keahlian menjadi nelayan, pembuat perahu, kapal dan berjenis alat perangkap dan penangkap ikan. Semua itu dilakukan atas dasar olah pikir yang berkembang untuk   menyikapi perubahan di sekitar kehidupan mereka.   Bagaimana pola dan gaya hidup yang berhubungan dengan makan yang semula mentah lal

Ukuran Panjang dalam Uab Meto’

  Ukuran Panjang dalam Uab Meto’ Pengantar   Secara internasional orang mengenal besaran pokok: Panjang, Berat dan Volume.   Orang mengenal sentimeter, meter dan kilometer. Demikian pula orang mengenal ons dan kilogram, serta liter, dan lain-lain. Itulah sebahagian dari sebutan-sebutan dari turunan tiga jenis besaran pokok.   Apakah ada besaran pokok yang berlaku pada komunitas masyarakat tertentu? Misalkan pada orang etnis Timor (Atoni’) yang menggunakan Bahasa Meto’, apakah ada pada mereka satuan-satuan ukuran Panjang sebelum datangnya ukuran Panjang yang diakui dan dipakai secara Bersama ukuran standar internasional? Jawabannya, ada. Walaupun seakan tidak standar namun, ada dan diakui.   Bagaimana keberadaanya? Dalam makalah sederhana ini akan dijelaskan apa yang dimiliki etnis Atoni’ di pulau Timor bagian Barat.   Jenis satuan Panjang etnis Atoni’   1.        Rakat, lakat (lit.jengkal, langkah) Istilah rakat atau lakat diucapkan secara berbeda oleh penggu

Sonaf Puup-Kolo Hae Malunat

Gambar
Sonaf Puup Kolo-Hae Malunat Boas Banunaek (27/08/22)  (Foto: dokpri: RoniBani) Pengantar Saya dan 4 orang rekan yang tergabung dalam satu tim diutus oleh Unit Bahasa dan Budaya GMIT Kupang. Tim ini ditugaskan untuk melakukan lokakarya mini Bahasa Meto'-Amanatun. Bahasa Meto' Amanatun merupakan salah satu cabang bahasa dari induknya, Bahasa Meto' (atau yang dalam istilah Meto' disebut bervariasi,  Uab Meto', Aguab Meto', Molok Meto' ).  Daerah sasaran yaitu Amanatun, suatu wilayah bekas kefetoran ( ke-usif-an ~  kerajaan). Amanatun berada di Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Kami tiba di sana setelah melewati jalan berliku di bebukitan atau di lereng-lereng yang cukup curam. Kabar baiknya, ruas-ruas jalan yang demikian itu sudah beraspal ( hotmix ), dan berharap semuanya demikian antara kota Niki-niki – Oinlasi – Nunkolo dan seterusnya ke Menu’ – dan Kolbano. Singkat cerita, kami memulai kegiatan sosialisasi (dalam bentuk lokakarya) Keragamanan Bahas