Apakah Ada Mitos di Pah Amarasi?

 Apakah Ada Mitos di Pah Amarasi?


Sejarah dan ziarah bangsa-bangsa di dalamnya ada banyak suku bangsa hingga anak (sub) suku bangsa. Pada semuanya mereka menjalani kehidupan dengan mengalami perubahan-perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir menjadi sebab mereka maju dan berkembang. 

Kemajuan dan perkembangan pada komunitas sub-suku atau suku bangsa yang berawal dari hasil olah pikir pada lingkungan tempat dimana mereka berada. Mereka mengimajinasikan sesuatu hingga dapat kiranya hendak diwujudkan agar dapat dirasakan dan diraba. Namun ada di dalamnya hal yang tidak dapat diraba yang oleh karenanya mereka harus berpikir keras untuk menemukan jawaban dari apa yang tidak dapat diraba itu.

Kuasa dan kekuatan di luar diri mereka sebagai sesuatu yang tak dapat diraba, walau dapat dirasakan. Misalnya angin. Angin bertiup perlahan (sepoi) yang memberi kesejukan pada satu waktu, sementara di waktu yang lain angin justru membadai hingga menghancurkan. Pada saat seperti itu olah pikir manusia yang sederhana tak dapat memberikan jawaban mengapa angin bersahabat pada satu satuan waktu dan menjadi kekuatan penghancur pada satuan waktu yang lain?

Contoh lain, api. Nyala dan bara api menghangatkan. Nyala dan bara menjadi bagian yang membuat makanan menjadi lebih nikmat daripada dimakan mentah. Misalnya memanggang daging atau memasak (merebus) berbagai jenis makanan. Tetapi pada waktu yang lain api justru menghancurkan. Ia dapat membakar habis, menghanguskan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, termasuk manusia. Olah pikir manusia yang sederhana belum dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa api bersahabat pada satu satuan waktu dan pada satuan waktu lainnya ia justru menjadi seteru?

Pertanyaan demi pertanyaan dapat diajukan untuk memenuhi keingintahuan anggota masyarakat atau kelompok masyarakat dalam satu suku bangsa. Olah pikir pada situasi-situasi dan kondisi-kondisi menyebabkan adanya manifestasi sikap dan tindakan pada anggota dan kelompok masyarakat. Pada titik ini mereka berimajinasi tentang adanya makhluk hidup lain di luar kehidupan bersama mereka.

Makhluk hidup yang hidup di alam imajinasi anggota dan komunitas kemudian diwujudrupakan. Mereka beramai-ramai menyebut namanya dalam bahasa mereka sendiri. Wujud itu kemudian dianggap sebagai yang memiliki kekuatan dan kuasa melebihi mereka. Mereka pun tunduk dan takluk padany, mempercayainya. Lahirlah mitos-mitos tentang makhluk lain di luar jangkauan manusia. 

Mari melirik judul. Masyarakat Pah Amarasi sebagai sub-suku Atoin'Meto' berdiam di area perbukitan yang melandai hingga lembah dan pantai selatan pulau Timor. Apakah dengan lingkungan alam sekitarnya yang demikian dapat memunculkan mitos tentang makhluk hidup di luar mereka? Ataukah adakah mitos tentang sesuatu di luar diri mereka yang tak dapat diolah sedemikian rupa agar dapat diterima akal sehat?


Moo' Hitu', suatu mitos. Diceritakan bahwa Moo' Hitu' telah membuat langit dan bumi saling menjauh. Pada mulanya langit dan bumi saling berhimpitan. Keduanya diyakini sebagai sepasang kekasih. Maka, Moo'Hitu' pun memisahkan keduanya dengan cara mengangkat dan menjauhkan langit agar ada ruang dan rongga. Pada ruang dan rongga itulah makhluk manusia dapat hidup. Di sana mereka dapat beranak-pinak bertambah banyak. 


Tersebutlah suatu ketika Moo' Hitu' marah karena ia lelah menahan langit sementara manusia tidak peduli padanya. Manusia kawin-mawin dan menikmati keindahan perkawinan dalam rumah tangga. Moo'Hitu'hanya menjadi penonton belaka. Maka ia melepaskan emosi dengan menendang bukit-bukit yang tinggi. Hal itu menyebabkan adanya kurang dimana-mana. Lalu sumber-sumber air yang dulunya dekat dipindahkan ke lembah-lembah. Moo' Hitu' sendiri mengawini gadis-gadis yang sedang mandi di kolam-kolam yang timbul akibat perbuatannya. Sejak itu Moo'Hitu'tidak lagi marah.

Na'i Asaah Pah nhasu' Pah-Pinan. Diceritakan bahwa ada seorang leluhur yang memanggul bumi. Ia selalu diingat dengan memberikan persembahan dan sesajen padanya. Tetapi sering terjadi manusia lupa padanya. Kelahiran dan kematian, bertambah dan berkurang jumlah keturunan dari leluhur yang memanggul bumi hendak diketahuinya. Sang leluhur ini punya dua sikap, jika ia lelah pada satu bahu, maka ia akan memindahkan bumi ke bahu sebelahnya. Saat itu akan terjadi gempa bumi (tainunus). Lalu masyarakat penghuni bumi akan berlarian mencari berbagai alat yang dapat dibunyikan atau bersuara agar memberitahukan kepada Sang Leluhur ini bahwa di bumi masih ada penghuninya. "Pah ii matua'!


Pada kesempatan lain, bila sepi di bumi, Sang Lehuhur ini akan menggoyang bumi yang dipanggulnya. Gempa bumi terjadi. Masyarakat berteriak, "Pah ii matua'!"


Banyak mitos dalam kehidupan masyarakat Pah Amarasi. Dapatkah disebutkan lagi agar dengannya kita memiliki kekhasan budaya?



Koro'oto Pah Amarasi, 28 February 2022

herobani68@gmail.com



Komentar

  1. Sejak kecil saya pernah mendengar kedua mitos diatas tapi tidak pernah tahu kisahnya.
    Terima kasih banyak pak Bani telah mengisahkan kedua mitos ini sehingga saya bisa memahaminya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya