Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 23, 2018

Amarasi Ethnoastronomy

Amarasi Ethnoastronomy [1] Heronimus Bani Abstrak Orang Timor Amarasi tinggal di selatan pulau Timor. Mereka menempati daerah pegunungan yang memuncak di Sismeni dan mengarah ke lembah menuju ke pantai selatan dari timur di pulau kecil Menifon ke barat mengarah menyusuri pantai sampai Oepaha’. Sebagai masyarakat pegunungan mereka belajar memahami fenomena alam tentang hujan, angin, dan musim tertentu, termasuk dalam siklus bertani ladang. Mereka memperhatikan gerak semu bintang-bintang sehingga ada pengetahuan tentang bintang-bintang. Ada bintang seperti: Haa’ Nua’ (empat-dua).   Asuu’fai (penakar malam), Faif Nome (bintang fajar), dan Hitu’ (tujuh). Selain bintang, mereka juga memperhatikan tanda-tanda pada matahari dan bulan. Bila gerhana matahari mereka menyebutnya, Maans ee npuut (matahari terbakar), dan fuun ee npuut (bulan terbakar). Bila ada ada posisi bintang sangat rapat dengan bulan disebut, fuun ee nkaot (bulan menusuk) tanda bahaya. Materi ini menarik maka d

Cinta Menyambutmu

Cintaku Menyambutmu   Cinta! Izinkan aku bertanya padamu. “Siapakah sesungguhnya yang kau harapkan berdiri di hadapanmu?” Nak... ! Aku tak loba. Aku memberimu seluruh rasa cintaku padamu. Aku memberikannya pada siapapun. Aku taruh dalam hati mereka, bahkan dalam relung hati terdalamnya, di sana aku simpan dan kobarkan cinta itu. Aku ajari mereka mengasihi sesama. Aku ingatkan dan nasihatkan agar mengasihi Tuhannya. Aku tegaskan, bahwa, rasa cinta yang kutanam itu mesti tumbuh, berdaun hijau, dan sebaiknya menjadi pohon cinta yang memberi buah. Di sana kaum akan bersekutu di bawah rindangnya, dan burung-burungpun rindu bersarang. Nak... ! Kau bacalah kitab sucimu. Di sana cinta ditabur, disemai dan ditumbuhkan. Ada sakit derita hingga kematian sekalipun, cinta bersemi menghiburkan Ada dosa penghalang, cinta memasang   titian kecil selebar tapak kaki untuk penyeberang seorang demi seorang. Ada tembok tinggi kuasa, cinta memasangkan tangga berundak dinaiki seoran

Kosmosnya orang Timor di Amarasi Raya (2)

Kosmosnya orang Timor di Amarasi Raya (2) Ini lanjutan diskusi yang saya coba rangkai dan urai di blog ini. Tentang dunia di atas manusia. Dunia di atas manusia orang Timor di Amarasi Raya nampak secara kasat mata yaitu matahari, bulan, bintang, awan, langit. Semua itu tidak dapat dijangkau. Sekalipun kabut turun dan dapat dilihat mata telanjang, tetapi siapakah yang menangkap kabut? Lalu bagaimana memanjat untuk menyentuh awan, bulan, matahari, dan bintang? Maka, orang menyebut mereka dengan istilah usif ~ usi' ~ uis lalu ditambahkan sebutan benda langit itu. Kata-kata itu seperti ini: Uis Nope ~ tuan awan; usi kfuu ~ tuan bintang; uis manas ~ tuan matahari; uis funan ~ tuan bulan, dan lain-lain. Semua usif~usi'~uis' sebagaimana disebutkan ini berada jauh dalam jangkauan, sekalipun kelihatannya seperti dekat dalam pandangan. Lalu, orang mulai membaca tanda-tanda alam dengan memperhatikan gerak semu bintang-bintang. Lahirlah istilah haa'-nua yaitu bintang selatan

Noelmina', Kisahmu Hari Ini

Gambar
Noelmina', Kisahmu Hari Ini! Saya baru saja kembali dari perbatasan Kabupaten Kupang - Timor Tengah Selatan. Ada dua kisah yang sungguh berkesan pada saya ketika berada di sana.\ Pertama, Pendeta yang memimpin kebaktian syukur natal 2018, memimpin kebaktian dengan sangat luar biasa. Mengapa saya mengatakan demikia? Seluruh bagian liturgi disampaikan dengan nada dan gaya seperti seorang pujangga membacakan karya sastranya. Luar biasanya, ia membunyikan lambang bunyi /s/ layaknya ada bunyi sengau yang menyertainya sehingga kedengaran berbeda dari biasanya orang melafalkannya. Masih dari mimbar gereja ini, pendetanya menggunakan smartphone dari atas mimbar. Ia memotret liturgi sekitar dua kali. Sesudah itu, ia mengarahkan lensa kamera smartphonenya ke arah jemaat yang hadir dalam kebaktian. Sedetik kemudian, blitz menyala tanda ia telah mengambil gambar/foto jemaat yang hadir. Foto itu dilakukannya dari atas mimbar. Bagi saya ini tidak pantas, tapi mungkin sang pendeta mera

Diskusiku tentang kosmosnya orang Timor di Amarasi Raya (1)

Diskusiku tentang Kosmosnya orang Timor di Amarasi Raya (1) Hari ini, Senin,tanggal dua puluh empat bulan Desember tahun dua ribu delapan belas. Pada pagi hari, ketika saya merasa harus mengistirahatkan pikiran, ternyata tidak boleh. Seorang mahasiswa program studi Tenun Ikat mendatangi rumah saya. Ia ditemani ibunya. Ia memohon agar dapat berdiskusi dengan saya tentang beberapa hal sehubungan dengan tugas yang diterima dari dosennya. Mula-mula secara bergurau saya sampaikan kalau saya hendak meliburkan pikiran dan ide. Tapi, apa boleh buat. Prinsip loteng harus terus membagi isinya dan digantikan yang baru dan segar tetap saya pegang. Maka, jadilah kami berdiskusi. Lalu, si mahasiswa mulai dengan pertanyaan Kosmologi. Wah, satu ilmu pengetahuan baru bagi saya. Saya pernah mendengar istilah itu. Kosmos, segala sesuatu yang tentang alam. Kosmologi, pastilah ilmu tentang alam semesta. Si mahasiswa bertanya, kosmologinya orang di kampung kami. Saya tidak boleh menjawab sepe