Postingan

Menampilkan postingan dari November 27, 2011

Sakit, Enak

Ninu dan teman-temannya paling doyan minum minuman keras. Hampir setiap hari mereka ada ‘kewajiban’ minum miras. Botol-botol dan gelas-gelas di bar itu senang, karena mereka melayani tamu-tamu. Bar tak kesepian, karena isi botol-botol selalu habis. Bentuk gelas dan penataan interior serta exterior yang menarik ikut mengajak pengunjung termasuk Ninu dan teman-temannya. Lampu-lampu remang ditingkahi musik mengalun udara bar. Suasana yang eksotik, menghidupkan suasana remang. Suatu malam, ketika cahaya lampu-lampu membungkus tubuh gelas, nampak gelas bersedih. Botol yang melihat kesedihan gelas berkata. “Malam ini mukamu muram teman. Rupanya kamu belum siap melayani tetamu kita.” Gelas menjawab, “Benar. Aku sedih, dan sungguh sedih!” Botol menimpali, “Bukankah tugas kita melayani tetamu hingga mereka puas berada di sini, dan bos kita mendapatkan keuntungan besar?” “Ya, tapi aku tetap akan sedih malam ini.” jawab Gelas “Tolong jelaskan padaku, teman. Mungkin aku bisa memban

BERKUDA

Gambar
Pada hari Feot Unu lahir, saat itu bulan keluarga tiba di tahun rasi. Keluarga yang kedatangan tamu yang dinanti-nantikan sungguh amat senang. Dua hari kemudian, keluarga itu berhadapan sebuah persoalan pelik, soal tanah. Tak tinggal diam, Snait ayah Feot Unu langsung mencari kuda tunggangan terbaik di kampungnya. Berhubung untuk mencapai pengadilan a’at dibutuhkan kendaraan yang bergerak cepat. Maka kuda menjadi pilihannya. Setelah mendapatkan persetujuan dengan pemilik kuda, ia berkuda ke pengadilan a’at . Menakjubkan. Di halaman pengadilan a’at , Snait begitu berbangga karena kuda tunggangannya berbeda dengan kuda lainnya. Snait melempar senyum kiri-kanan. Orang-orang di pengadilan a’at ikut tersenyum membalas senyuman Snait. Snait membanggakan kuda tunggangannya. Berulang, berulang dan berulang kali Snait harus ke pengadilan a’at bersama kudanya. Suatu hari, ketika tiba di halaman pengadilan a’at , orang-orang berbisik tentang badan Snait yang kelihatan

Ekonomi Rumah Tangga

(Pelajaran Dari Tempat Air) P ada masa lalu orang-orang mengambil air di pah meto’ dengan menggunakan buah labu ( ‘boko ).   Bentuk buah labu; ada leher, perut dan pantat. Lehernya jenjang, perutnya besar, dan pantatnya rata. Tangkai buah labu kemudian dilepas diberi lubang sebagai mulut (kecil), isi perut dibuang, bijinya diambil untuk ditanam lagi untuk mendapatkan buah-buah labu yang banyak pada masanya agar dimanfaatkan sebagai alat penampung air. Lubang yang diberi pada bekas tangkai buah, kecil, maka ketika mengisinya dengan air, ada yang masuk ke dalam perut labu yang duduk, dan ada pula yang terbuang. Maka, untuk mendapatkan air harus bekerja keras. Ketika sudah mendapatkan air, air dituang untuk dimanfaatkan ( po’a ~ timba ~ kui ) melalui lubang (mulut) kecil, sehingga terjadi penghematan air. Orang-orang memanfaatkan kumbang (buyung)/guci atau yang disebut ‘huna’ atau kusi yang bentuknya hampir menyerupai labu. Sayang, lehernya hampir tidak namp

ADAM DAN HAWA DI TAMAN AMARASI

Gambar
Alkisah, Adam dan Hawa diciptakan Tuhan Allah dan ditempatkan di Taman Amarasi. Pada waktu itu Taman Amarasi sungguh amat luas dan indah. Di dalamnya ada pepohonan liar yang batang-batangnya sungguh amat besar, ada pula tanaman-tanaman yang bermanfaat sebagai makanan maupun dapat diramu untuk pengobatan dan jamu-jamu. Demikian pula untuk binatang-binatang. Di dalam taman itu Adam dan Hawa mendapatkan kenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan. Mereka berteman baik dengan binatang-binatang liar, dari yang berkaki dua, berkaki empat, merayap, bersayap, yang tinggal di pohon maupun di dalam lobang-lobang gua koat . Di taman Amarasi mengalir sungai-sungai Noeko’u, Noebi’ana’, Noehaen, Noekaesmuti’ dan lain-lain. Di sana ada pula Neofko’u dan Fatu’tuta’ yang dikenal kemudian hari dengan nama air terjun. Ada oefatu yang melambungkan nama. Ada Menifon sepotong daratan yang menjorok ke laut. Menarik sekali taman ini karena ada berbagai nama yang menggunakan batu fatu sebagai alasnya. Sepert