Bajual dan Belajar

Makhluk manusia ada muatan sebagai makhluk ekonomi. Konsep ini diketahui para pakar ekonomi, sedangkan orang dengan raihan pendidikan seadanya tahu bahwa orang perlu menjual sesuatu untuk mendapatkan uang. Nah, pikiran yang kedua dipahami bahwa siapa saja dapat berjualan sebagaimana yang terjadi pada seorang gadis cilik yang saya temui di halaman sekolah.




Sisi berbeda, di ruang kelas saya temukan seorang siswa kelas dua menempelkan karyanya di tembok. Ia menggambar dua ekor ayam. Ketika saya bertanya pada para siswa di kelas itu, mereka beramai-ramai bagai koor menjawab bahwa teman mereka bernama Anti Benu yang menggambar dan menempelkannya di sana.

Nah, antara gadis kecil di bawah pohon dengan toples berisi jualan, dengan gadis kecil di kelas dengan karyanya, tentu ada bedanya. Satunya masih berumur di bawah empat tahun, sedangkan satunya sudah tujuh tahun. Satunya belum bersekolah tetapi diberi tanggung jawab berjualan untuk mendapatkan uang agar bisa membantu orang tuanya, walau tidak seberapa banyaknya nilai rupiah yang diperoleh. Sedangkan yang satunya akan memberi kebanggaan pada dirinya sendiri, gurunya, dan terlebih orang tuanya.

Kedua model ini tentu berbeda penilaian dari aspek edukasi. Yang berada dalam proses pembelajaran akan dipoles terus-menerus untuk mencapai kemampuan maksimal. Sedangkan yang berjualan, belum waktunya untuk sampai ke sana, karena semestinya ia masih harus bermain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya