(Puisi Merdeka) Memperingati HUT RI ke 74


Seperti Apa Makna Merdekamu?

Merdeka!
Merdeka!
Merdeka!

Pekik Merdeka terdengar di seantero jagad Republik.
Suara Merdeka menggema di di celah lembah.
Nyaring gema Merdeka di tanjakan perbukitan dan pegunungan.
Desah dan desis Merdeka di kedalaman lautan.
Di arasy manapun kata bertuah, Merdeka diperdengarkan.
Di sana ada tepik sorak, gegap gempita.

Lalu, 

Ekspresi merdeka telah menjadi darah dalam seluruh sel daging dan tulang insan
Rona bangsa di muka bangsa lain tegak berdiri tak hendak menunduk walau sedetik.
Kekar hendak menuju kekal selamanya ketika merdeka telah digenggam.
Tegar hendak menggapai ketulusan visi di jajaran berjejar bangsa-bangsa.

Apakah itu makna merdeka bagimu?
Dapat saja kau merdeka pada hari ini untuk beragam karsa.

Mungkin kau merdeka untuk mengkastakan umat.
Saat itu kau tempatkan dogma sebagai yang prioritas.
Lalu kau berdiri di samping dogmamu untuk kemuliaan ego.
sementara kaum lemah kau kafirkan.

Mungkin kau merdeka untuk eksploitasi insan.
Saat itu kau junjung kapitalisme dan sosialisme berbungkus kemanusiaan.
Lalu kau berdiri di junjungan tertinggi dengan bergelimang harta dan kemuliaan
sementara kaum lemah kau nista dengan kewajiban terhutang.

Mungkin kau merdeka untuk menebar narasi dan wacana bermuatan debat
Saat itu kau mempertahankan ide dari segala aspeknya lalu kau tempatkan kemuliaan kitab berhadapan dengan makhluk bertuhan yang sesungguhnya lahir merdeka.
Lalu kau duduk dan terbahak-bahak di ruang-ruang mewah bersandarkan kursi empuk dilayani bidadari upahan.
sementara kaum lemah kau paksa untuk melaksanakan aturan yang kau putuskan.

Mungkin kau merdeka untuk menebar pesona di ketinggian panggung sandiwara dimana kau menjadi selebriti yang dikerubuti kupu-kupu penghisap.
Saat itu kau segera berbagi aroma dan sepersekian madumu, lalu kau campakkan kupu-kupu pengerubut.
Lalu kau pun makin tinggi dijunjung bunga-bunga penebar aroma di belakang panggungmu yang kau beri aura penolak bala.
Sementara kaum lemah duduk di sekelilingmu memandang dengan pasrah diri bahwa mereka tidak sempat memperoleh sepiring makanan dan segelas air minum.

Mungkin kau merdeka untuk berdaya upaya lebih keras bagi kesejahteraan sesama sesuai amanat konstitusi.
Saat itu kau berdiri tegak mempertahankan setiap untaian ide berasaskan demokrasi untuk kemaslahatan umat manusia.
Lalu kau dijejeri kritik dan buli, hoaks dan kriminalisasi hingga kau terjepit di pojok keberkahan.
sementara kaum lemah yang marginal pun bangkit menjunjung ideologi bukan dogma.

Mungkin...
Mungkin...
Mungkin...

Kau merdeka untuk segala kemungkinan.

Akh...

Merdeka.

Kau ada untuk kami merdeka dalam segala kemungkinan
Di sana kami terus hidup untuk menggapai visi konstitusi yang tak mudah digapai sekejap.

Dirgahayu Negeriku, Bangsaku, INDONESIA.

Koro'oto, 17 Agustus 2019


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya