Nasaap Pah

Nasaap Pah

Sebagai orang Amarasi Raya, pernahkah anda mendengar istilah yang saya tempatkan di judul tulisan ini? Terjemahan lurunya berbunyi, tendang negri, tendang negara, tendang kampung. Akh... Jika terjemahannya seperti itu, jangan-jangan ada ketidakberesan di sana? Tidaklah demikian!

Nasaap pah yang dimaksudkan di sini adalah, meluaskan wilayah, menjadikan negeri semakin luas dan besar. Ini pun masih tendensius. Apakah orang akan melakukan perang? Jawabannya, tidak! Ini jawaban tegas, Tidak!

Lalu, apa yang dimaksud dengan nasaap pah? 

Pada mereka yang paham budaya bertutur di kalangan Atoin' Meto', mendengar kata itu, imej jatuh pada mereka yang baru saja menikah, meninggalkan orang tuanya, memilih menetap di lokasi baru bergabung dengan komunitas baru. Di sana mereka akan menjangkau area, locus yang lebih luas. Mengapa?

Sepasang suami-isteri diharapkan akan mempunyai anak sebagai pelanjt keturunan. Nama keluarga (nonot, marga, fam), akan terus melekat pada anak, dan generasi selanjutnya. Sebutlah nama BANI sebagai satu nama nonot, marga, fam di Pah Meto'. Atoin' Meto' di Pah Amarasi mengetahui bahwa nama seperti itu adanya di Koro'oto, satu wilayah 'nakaf atau ketemukungan yang telah difusi ke dalam desa Nekmese.

Nama itu tentu berawal atau bermula dari suatu tempat. Nama itu melekat pada mereka yang semula memilikinya dan berketurunan hingga saat ini. Nama itu terus melekat ketika generasi pelanjutnya berpindah tempat, di sana mereka berketurunan lagi. Semakin luas locus dimana nama itu berada, itulah yang makna dari nasaap pah.

Hal yang sama terjadi pada nama-nama nonot, marga, fam yang lainnya di daratan Pah Meto', dan tempat-tempat lainnya. Para perantau yang menetap sesungguhnya mereka sedang tidak sadar sedang nasaap pah. Mereka meluaskan locus sekaligus melebarkan sayap nama hingga sudut-sudut area baru.

Itulah sebabnya bila ada perantau menetap, sesungguhnya mereka sedang "memperluas" wilayah tempat tinggalnya. Mereka tidak saja memperkaya khazanah komunitas sehingga menjadi berwarna bagai pelangi yang indah, tetapi juga memberi ruang baru pada keturunan dan keluarganya dari tempat asalnya.

Nah, begitulah orang Timor bertutur. Mereka sangat menyukai idiom atau metafor. Butuh nalar untuk menganalisisnya.


ha ha... 

Koro'oto, 20 Januari 2020
Umi Nii Baki

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya