Rintik Senja Rintih Sendu

Rintik Senja Rintih Sendu



Hujan bukan suatu masalah lagi bagi kita setelah beberapa waktu ini ia tidak henti-hentinya turun membasahi permukaan bumi. Rerata orang kampung tenang dan tampak kurang nyaman dengan situasi ini. Tenang-tenang saja karena debit air pada sumber-sumber air mulai naik, dan mata-mata air yang sebelumnya kering kini sudah dapat mengeluarkan air. Sementara itu, pepohonan makin rimbun saja walau petugas PLN terus menerjang dengan tebangan sepanjang jalan atas alasan akan menghalangi jaringan kabel listrik.

Makin banyak pepohonan yang menumbuhkan tunas-tunas baru diikuti dengan banyaknya anakan baru yang bertunas, maka sangat memungkinkan dua hal terjadi. Pertama, menjadi daerah resapan air yang sekaligus memberikan peluang oksigen (udara) makin besar di pedesaan, pedalaman, daerah perbukitan dan lembah-lembah. Kedua, pakan ternak untuk peternak tetap. Para peternak yang tidak menggembalakan ternak akan dengan mudah mendapatkan pakan setiap harinya. Ada pula faktor lain seperti kawasan hutan mulai terjaga selama musim hujan ini, berhubung para perambah hutan geli dan gelisah masuk ke hutan untuk mengambil hasil hutan termasuk membunuh binatang liar di dalamnya.
Senja ini hujan tiada deras-derasnya. Turunnya hujan dalam butiran yang lamban. Itulah rintik senja. Pada rintik senja ini burung-burung bernyanyi di pinggiran kampung. Mereka mencari dahan yang paling tepat untuk bertengger. Di sana mereka akan melewatkan malam dalam mimpi ala kaum binatang. Demikian pula ternak-ternak peliharaan yang senja ini menerima pakan dari pemilik-pemiliknya, mereka akan tidur dengan perut terisi agar kabar tentang tewasnya ternak-ternak pada waktu lampau akibat kedingingan dan kelaparan tidak terulang lagi.
Senja makin turun hingga menyisakan kesunyian di antara rintik-rintik hujan. Para muda yang biasanya bersiliweran ketika pulang dari ladang dengan bermotor, senja ini terasa bagai sangat berkurang. Mereka telah berada di rumah sejak satu jam sebelum senja menyapa. Dingin. Ya, mereka pasti kedinginan ketika harus berjibaku dengan pakan ternak atau sibuk menyiangi rerumputan dan gulma pengganggu di ladang. Segera mereka akan tiba di sekitar tungku perapian dan berdiang di sana mendapatkan kehangatan. Pada saat seperti itu mereka akan menyeruput kopi sambil tersenyum karena telah melaksanakan tugas. Apakah akan segera bergegas ke pembaringan? Tidak! Mengapa?
Di kampung ini telah terdengar suara rintihan sendu yang keluar dari mulut anak-anak, menantu dan para cucu. Seorang kakek telah meninggal dunia. Ia, seorang kakek yang telah berumur. Empat orang anaknya akan mengurus jenazahnya sebaik-baiknya. Masing-masing memberikan tenaga, waktu dan ide terbaik, termasuk memberikan materi yang tepat sasaran dalam rangka pelaksanaan upacara subat ala masyarakat pedesaan.
Budaya subat bukanlah suatu hal baru di kalangan masyarakat adat Pah Meto'. Caranya mewujudkannya saja yang berbeda antaranak suku di dalam pulau Timor (Barat) ini.
Rintih sendu dengan wajah bagai tanpa ekspresi terlihat pada anak-anak dan menantu. Para cucu yang sudah mengerti menampakkan hal yang sama, sementara cucu-cucu yang belum paham arti kehilangan orang tua, tenang-tenang saja. Sangat sering bila ada kematian ada anak di bawah lima tahun sering bertanya, "Kenapa ko dia sonde bangun-bangun?"
Air mata membasahi pipi para kerabat dan sahabat. Mereka turut bersimpati dan berempati dalam duka ini. Rintih Senja tidak segera berhenti saat ini. Dia akan terbawa hingga malam dan sangat sering menjelang fajar pagi tiba, bukan lagi rintih tetapi raungan suara meninggi karena jasad akan segera hilang dari pandangan mata para peratap.
Saya hentikan catatan ini di sini. Semoga menginsiprasi.


Koro'oto, 24 Februari 2021

Komentar

  1. Sonde artinya tidak ya.......mengapa dia tak bangun bangun? Artinya kalimat yang dicetak miring.

    BalasHapus
  2. Sonde artinya tidak ya.......mengapa dia tak bangun bangun? Artinya kalimat yang dicetak miring.

    BalasHapus
  3. Semoga arwahnya mendapat tempat yang layak di surga dan semua keluarga yang ditinggalkan mendapat penghiburan....RIP...

    BalasHapus
  4. Terima kasih untuk dua sahabat yang sudah berkunjung ke blog saya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Lopo dan Maknanya

Koroh natiik Maria