Makna Motif Perajin Tenun Pah Amarasi (seri 1)

Koor Kase, salah satu 'kaif (motif) pada tenunan khas Amarasi Raya



By: Heronimus Bani

Pendahuluan
Hari Minggu ini (13/10/19) sesudah kebaktian seseorang yang saya kenal mendekati saya. Ia menyampaikan masalah kecil saja pada saya mengenai permintaan anaknya yang sedang studi di salah satu sekolah kejuruan di Kota Kupang. Singkat cerita, anaknya berharap ada sedikit cerita tentang nama motif dan makna yang khas dari Amarasi Raya berhubung ia terlahir di Amarasi Selatan.

Tentu tidak mudah menjelaskan secara detail keseluruhan nama jenis motif ('kaif) yang dibuat oleh para perajin tenun ikat di Amarasi Raya. Berdasarkan pengalaman bertanya-tanya sejak sebelum saya menjadi seorang guru, saya ingat. Bahkan ada data dari seorang rekan mahasiswa ketika menulis satu skripsi, sayangnya skripsi itu harus dicari di Kampus PGRI NTT.

Saya menulis di sini untuk memberi informasi bukan saja untuk memenuhi permintaan anak (siswi) itu, tetapi lebih dari itu untuk membantu mereka yang mungkin rindu berpengetahuan tentang makna motif di lembaran tenunan khas perajin tenun Amarasi Raya.

Kali ini saya tulis tentang Koor Kase.

Koor Kase, lambang sifat Permisif orang Amarasi

Berkali-kali secara oral saya mengatakan, bahwa koor kase itu suatu sifat permisif dari orang Amarasi Raya. Mengapa?

Pah Amarasi (Amarasi Raya, Ke-Usif-an Amarasi) telah menjadi salah satu "negara berdaulat" pada masa lampau. Ketika Portugis tiba di Timor pada abad ke XVI (enam belas), wilayah "negara berdaulat" Pah Amarasi sudah ada. Ketika itu hubungan antarnegara di nusantara telah terjalin. Pah Amarasi bersahabat dengan pah lainnya sedaratan Timor (Pah Meto') dan pada saat yang sama telah pula bersahabat dengan "negara" lain di luar Pah Meto'. Itulah sebabnya mereka yang datang dari luar Pah Meto' akan disebut kase...Lalu diikuti dengan segala yang bersifat asing disebutkan pula sebagai kase...

Masyarakat di Pah Amarasi tidak menutup diri terhadap pergaulan dengan bangsa lain. Majapahit berada di Nusantara, Pah Amarasi menerima dengan persahabatan. Tidak heran jika masyarakat Pah Amarasi kemudian berdestar batik. Ini salah satu hipotesa mengapa orang Timor berdestar dan mesti dapat terus dipakai sebagai wujud persatuan dalam bingkai NKRI.

Lalu darimana kata koro ~ koor muncul?

Dalam tuturan adat, masyarakat atau rakyat jelata disebutkan dengan istilah koro-manu. Mereka yang datang dari luar dianggap sebagai rakyat biasa, masyarakat kelas bawah yang sama dengan masyarakat di Pah Amarasi. Mereka bukan kalangan amaf, mnais harat, usif, naijuf, nai-mnuki' dan lain-lain sebutan yang sifatnya untuk kalangan orang di Pah Amarasi tergolong sebagai kaum ningrat.

Maka, ketika orang asing tiba dan hidup dalam persahabatan dengan masyarakat Pah Amarasi, lahirlah koor kase, sebagai lambang persahabatan dengan bangsa asing dan budayanya.

Seorang mahasiswa Fakultas Teologi UKAW pernah menulis tentang lambang ini. Kami mendiskusikannya dan lahirlah konsep dan pemikiran bahwa agama Kristen sebagai satu budaya berkeyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu salah satu perlambangan yang dipakai adalah burung (lambang Roh Kudus), maka koor kase masuk dalam konsep itu.

Penutup
Demikian sekilas ulas tentang koor kase, kiranya kebutuhan dapat terjawab.

Komentar

  1. Hore, Tuah!
    Terima kasih untuk ilmu berharga ini. Sebagai orang Amarasi ini Tuturan Bermakna dan Berharga untuk tetap lestarikan budaya yg hampir tergerus jaman teknologi...
    Untuk Nona Dhea Salsa Nabila Putri Skaut, ini amanah dari Ba'i Bani (Am So'i noka Umi Ni Naki).
    Tuhan Berkati!
    Majulah, Amarasiku!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya