Hari Lahirnya Liburku

Hari Lahirnya Liburku

Dua puluh satu Desember dua ribu sembilan belas, hari itu kami menyerahkan laporan hasil belajar mengajar kepada orang tua siswa. Sembilan puluh lima laporan kami serahkan. Setiap orang tua yang datang mengambil satu atau dua laporan hasil belajar mengajar itu. Tiap kelas, guru kelas memanggil nama, menyampaikan secara singkat, padat dan jelas walau mungkin membingungkan orang tua, tokh mereka harus mengambil laporan itu dan segera kembali ke rumah.

Sesudah menyerahkan laporan hasil belajar mengajar, para guru pun berbagi ke rumah masing-masing-masing. Sebelumnya mereka saling menyalami, mengingat hari raya umat Kristen telah tiba. Besar kemungkinan untuk tidak saling bertemu dalam masa raya ini, berhubung tempat tinggal yang berjauhan, kecuali mereka yang tinggal sedesa.

Liburanpun tiba. Menyengkan? Tentu saja menyenangkan bahkan menjadi kabar paling dinanti-nantikan oleh para siswa. Mereka bahkan sebahagian kecil saja yang mengikuti apel siang untuk memberi salam jabat tangan dengan para guru. Sekitar 50% siswa sudah pulang. Itu artinya hanya ada sekitar 40-an orang yang hadir pada apel siang itu untuk sekali lagi mendengarkan pengumuman liburan akhir tahun 2019, atau liburan akhir semester pertama 2019/2020.

Pesan-pesan disampaikan, terutama untuk menjaga kesehatan, pola makan, dan berhati-hati oleh karena iklim yang sedang mengalami perubahan tak tentu dapat memicu penyakit pada tubuh yang rentan tak siap.

Guru dan siswa pulang ke rumah masing-masing dengan gejolak di hati. Liburan bagi para guru merupakan masa istirahat mengajar. Namun, sesungguhnya liburan secara administratif tidak boleh terjadi. Para guru dan kepala sekolah seharusnya tidak libur dalam menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi kelas, administrasi pembelajaran, dan administrasi serta laporan-laporan penyelenggaraan pembelajaran oleh kepala sekolah ke dinas pendidikan pada jenjang di atasnya.

Tapi, dasar guru yang juga manusia. Libur, ya, libur. Libur sekolah, sama dengan suatu kesempatan melupakan sejenak rutinitas kelas. Suatu kesempatan mengabaikan sementara kebiasaan berdiri di muka kelas. Itulah libur.

Tapi, ada pula alasan pembenaran. Libur di bulan Desember, kami kaum Nasrani mesti berada dalam perayaan Hari Kelahiran Yesus Kristus yang kami sembah dan junjung sebagai Tuhan. Maka, jika kami untuk sementara menyimpan rapih seluruh perangkat pembelajaran, itu terjadi hanya dalam tempo dua minggu saja. Kami akan segera mengangkat kembali semuanya itu segera sesudah masa raya natal berakhir.

Ketika kami mengangkat kembali semua itu, kami memulainya dengan semangat baru. Semangat kelahiran baru, sebagaimana semangat yang dipesankan dalam masa perayaan natal ini.

Tekad guru yang sedang merayakan natal mungkin harus demikian. Oleh karena itu, saya pun berharap hal itu terjadi pada kami semua para guru, khususnya yang telah secara bersama berbagi cinta-kasih di sekolah pada anak-anak. Cinta-kasih pembelajaran yang kreatif menyenangkan dan menghidupkan. Cinta-kasih yang mengesankan terpatri selamanya di sanubari para peserta didik.

Kiranya pada perayaan Hari Kelahiran Yesus, Guru Sepanjang Masa itu, memberi nuansa baru dan pembaharuan pada para guru dan siswa.



Koro'oto, 28 Desember 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya