Noesan

Noesan

Sebenarnya ide untuk menulis tentang hal yang satu ini sudah lama bercokol di otak. Tapi, selalu saja ada hal baru yang mendahului. (ha ha).

Nah, kemarin, dalam percakapan lepas dengan teman-teman guru di sekolah, seorang teman guru bercerita tentang cucunya yang "cerewet". Bagi saya, anak di bawah lima tahun ada yang cerewet seperti selalu menangis, bicara asal bunyi, atau sudah dapat berkomunikasi dengan orang tuanya, kakek-neneknya, atau siapapun, itu hal yang normal dan wajar-wajar saja. Tetapi, yang dinyatakan oleh teman saya, "In noesan areift ee!" Dia menyerupai orang yang memotong tali pusarnya.

Sesungguhnya tidak ada hubungan darah antara seorang bidan yang menolong persalinan dengan sifat bawaan anak. Para ahli Genetika mengajarkan kepada kita bahwa ada warisan sifat dari orang tua kepada keturunannya. Warisan sifat itu kemudian oleh orang Timor di Amarasi Raya, mereka menyebutkannya dengan istilah sendiri Noesan.

Dalam hal noesan, seorang anak diasumsukan memiliki sifat-sifat dari:
  • Orang yang memotong plasentanya (tali pusat). Mengapa? Semacam ada hubungan emosional antara bayi dengan orang pertama yang memegang plasentanya. Dalam hal ini orang beranggapan bahwa orang pertama yang memegang plasenta dan memotong tali pusat si bayi, melepaskannya dari ketergantungan pada plasenta itu, pada saat itu sifat-sifat dirinya ada yang dialirkan atau secara tidak sadar sedang mengalir ke dalam bayi. Sifat-sifat itulah yang muncul ketika ia tumbuh baik sebagai kanak-kanak, bahkan hingga dewasa. Kelak bila dewasa, orang akan berkata, "Noesan arefit!" (mewarisi sifat-sifat orang yang memotong tali pusatnya)
  • Orang tua. Dalam hal ini orang tua kandung; ayah dan ibunya. Tentu noesan yang seperti ini sangat tepat oleh karena merekalah "penyebab" adanya bayi ini. Nah, ilmu Genetika yang dapat menjelaskan hal ini. Jadi, bila sifat yang muncul dominan ayah, orang akan berkata, "Noesan amaf!" Bila yang dominan ibunya, "Noesan ainaf!"
  • Leluhur. Sifat dari kakek-nenek, bahkan kakek-nenek buyut pun seringkali menjadi ukuran dalam menilai seorang anak. Jika ia dinamai seperti kakek atau neneknya, lalu sifat-sifatnya mirip nama orang-orang yang disandangnya, akan ada pernyataan, "Noesan na'if!" atau "Noesan beif!" 
Selain istilah noesan, ada idiom yang sering pula dipakai untuk menggambarkan sifat-sifat dan kelakuan atau bahkan tindakan anak yang menggambarkan orang tuanya atau leluhurnya. Idiom itu berbunyi, naiti 'sono' ~ harfiah ~ ambil sendok. 

Idiom ini lahir dari kebiasaan masa lalu, orang tua tidak mengizinkan anak menggunakan sendok makannya. Sendok makan itu akan ditinggalkan ketika orang tuanya meninggal. Ketika orang tuanya meninggal, seorang anak akan menggunakan sendok makan orang tuanya. 

Itulah sebabnya ada asumsi bahwa orang yang mengambil dan menggunakan sendok makan peninggalan orang tuanya, akan mewarisi sifat-sifat dari orang tuanya.

Kira-kira begitulah sedikit informasi tentang ilmu pewarisan sifat kepada keturunan. Mungkin kita punya boleh disebut sebagai noesanologi... (ha ha ha... ).

Noesanologi ~ ilmu tentang sifat-sifat keturunan. Lelucon ilmu ... 



Koro'oto, 14 Februari 2020



Komentar

  1. Demikian itulah sepengetahuan saya sebagai a toin Meto' dari Amarasi.
    Kalau kita mengucapkan; "Noesan" sedikit ada rasa menggelitik tp ya, jalan ceritanya tepat sekali yg di kisahkan pak Roni Bani dlm tulisan ini.
    Makasih banyak sdh berbagi, memang betapa indah jika kita saling berbagi.
    Semoga kelak anak-cucu kita bs mendpt pengetahuan ttg sepotong kata ini; "noesan". 👏👏👏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya