Uki Mnatu'

Uki Mnatu'



Pengantar

Sewaktu bekerja bersama-sama di kompleks Pastorian Jemaat Koro'oto, seorang bapak menggunakan idiom uki mnatu' pada seorang bapak yang sudah tua. Lalu, seorang pemuda yang tidak paham bertanya, "Mengapa menggunakan istilah itu pada orang yang sudah tua?" Bapak itu tidak memberikan jawaban yang memuaskan sang pemuda, tetapi ia pun tidak mau bertanya lagi untuk mendapatkan jawaban yang memuaskannya.

Nah, dalam tulisan ini saya akan mencoba mengulas makna idiom uki mnatu' yang disematkan pada orang yang sudah tua.

Uki Mnatu', Pisang Masak

Bila menerjemahkan idiom uki mnatu' secara lurus uki ~ pisang dan mnatu' ~ emas. Jadi uki mnatu' artinya pisang emas. Tapi, senantiasa orang melihat pisang yang sudah masak disebutkan dalam bahasa Amarasi dialek Kotos dengan istilah uki mnatu' ~ pisang masak.

Pisang yang sudah matang akan tiba pada titik masak. Warna kulitnya yang semula hijau berubah menjadi kuning. Daging buah pisang yang tadinya keras menjadi lembut. Rasa buah yang tadinya sedikit sepat berubah menjadi manis. Pisang masak ini bila dibiarkan dalam beberapa waktu kemudian akan busuk. Kulitnya akan menjadi hitam, daging buah menjadi busuk, dihinggapi seragga seperti lalat dan akhirnya membusuk seluruh buah. Bila kondisi itu terjadi, maka buah pisang itu akan dibuang.

Makna Bagi Kehidupan Insan

Setiap etnis pasti mempunyai kearifan lokal untuk memberi makna pada hidup, termasuk memberi makna pada kehidupan manusia sejak lahirnya hingga meninggalnya. Idiom-idiom digunakan untuk mendeskripsikan hidup seseorang atau komunitas. Idiom itu menggunakan simbol tertentu yang diambil dari lingkungan kehidupan terdekat. Dari sana diharapkan orang mudah memahami makna yang dikandung satu idiomatik (metafora).

Beberapa di antara idiom (metafora) yang digunakan di kalangan orang Timor di Pah Amarasi seperti:

  • Nuut ee namsoup goen (kayu bakar itu telah sampai di akhir nyalanya ~ padam)
  • Maans ee fe' anpisar (matahari terbit ~ kelahiran baru ~ kemunculan tokoh baru)
  • Maans ee natetab (matahari sedang terik ~ panas berdaya guna)
  • Maans ee n'oib een (matahari sudah sedang bergeser menuju terbenam ~ mulai dingin)
  • Maans ee nmouf goen (matahari terbenam ~ turun ~ gelap)
  • dan lain-lain
Sejumlah idiom (metafora) seperti itu hendak memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana manusia itu di lingkungan kehidupan bersama. Dalam hal idiom (metafora) uki mnatu' misalnya tentulah ada maknanya sehingga disematkan kepada para orang tua. Maka, mari belajar sesuatu pada idiom (metafora) ini.

Jika pernah ada yang mengucapkan pepatah, makin tua makin berminyak, tentu orang yang mengucapkan mesti mengetahui maknanya. Begitu pula ketika orang Timor di Pah Amarasi mengucapkan beberapa idiom/metafora sebagaimana yang saya daftarkan di atas, termasuk uki mnatu'. 

Seseorang yang makin tua dan sudah uzur akan disematkan padanya idiom/metafora uki mnatu'. Kalimat yang sering diucapkan seperti ini:
  • Hai mtiut uki mnatu' es et re' nee! Kami sedang menjaga satu buah pisang mas/masak di sana.
Kalimat seperti ini diucapkan manakala seorang yang makin tua itu dalam situasi sakit atau makin pikun. Ketika orang mendengar kalimat itu, imejnya tertuju pada orang yang makin tua dan sedang menunggu datangnya hari kematian.

Tetapi, biasanya mereka yang makin tua dan mengalami situasi yang memprihatinkan, justru di sana berkumpul anak-anak, menantu, cucu dan kerabat. Dalam masa-masa berkumpul itu mereka akan bercerita di sekitar masa-masa "kejayaan" sang orang tua.

Di sinilah letak manis dan berisinya (emas) sang orang tua yang digambarkan dalam uki mnatu' itu. Dalam hal sikap, tutur dan tindakan yang memberi perubahan-perubahan pada sekeliling kehidupan terutama di dalam komunitas hidup bersama, itulah bernasnya orang yang makin tua. Kata-katanya yang diulang-ulang oleh anak, menantu, cucu, dan kerabat menjadi pelajaran berharga pada mereka. Mereka akan mengingat-ingat semua itu, dan bila hari kematian (gelap, hitam kulit pisang) tiba, mereka akan menyebutkan kalimat berikutnya, in nuut ee namsoup goen ~ kayu bermuatan api di tungku kehidupan telah habis.

Penutup

Uki mnatu' bukan sekedar kata basa-basi bila mau sedikit membuka wawasan agar belajar dari apa yang ada di sekitar kita sebagai kearifan lokal. Para leluhur yang katanya kafir, tidak mengenal Tuhan, sebaiknya tidak dianggap seperti itu. Mereka telah mendapatkan hikmat dari Tuhan untuk mewariskan bahasa yang indah dengan salah satu perwarnanya yaitu idiom/metafora. Dengan bermetafora orang Timor di Pah Amarasi bagai menempatkan seseorang dan kaum sebagai memiliki martabat.

Saya mempunyai keyakinan bahwa hal ini berlaku juga pada sub etnis lain di Pah Meto' (Pulau Timor) dan etnis-etnis sekitar Pah Meto'. 


Koro'oto, 23 September 2020
Heronimus Bani    
  

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Lopo dan Maknanya