Tae Bnetes, Budaya Mengumpulkan Keluarga dan Uang
Tae Bnetes, Budaya Mengumpulkan Keluarga dan Uang
Pengantar
Saya sudah pernah menulis materi ini dengan judul Bnetes Blogrand ala Amarasi.Artikel ini saya tulis pada tahun 2015 dan masih tersimpan dalam blog ini. Bnetes, bukan sesuatu yang asing pada masyarakat adat bekas Swapraja Amarasi atau yang dikenal dengan istilah Pah Amarasi dan Amarasi Raya. Begitu kuatnya budaya ini sehingga rasanya akan menjadi beresiko bila tidak dilakukan, terutama pada satu hal yang disebutkan dalam bahasa lokal, noon reko, hal baik. Hal baik yang dimaksudkan ini adalah pengurusan perkawinan yang dipastikan akan melibatkan segala sumber daya, termasuk manusia dan material.
Budaya Bnetes, kemudian diterjemahkan sebagai kumpul keluarga. Ada istilah lain yang sering pula disebutkan oleh para tetua adat, tae oko', saot oko', maknanya sama yaitu melihat apa isi tempat sirih-pinang dan selanjutnya tindakan menambahkan kepada tempat itu.
Tulisan saya kali ini kiranya hendak mendeskripsikan dua hal,
Pertama, tentang oko' ~ oko'mama' itu sendiri dalam arti sempit pada acara tae bnetes.
Kedua, bnetes itu sendiri dan lanjutan dari bnetes
Oko'mama' dalam Tae Bnetes.
Oko'mama' secara kasat mata hanyalah sebentuk barang anyaman. Bentuk barang anyaman ini dipakai untuk menempatkan sirih-pinang, kapur-tembakau. Jenis keempat biasanya tidak selalu ada, tetapi tiga jenis pertama selalu ada. Sirih-pinang-kapur, tiga hal yang dipakai untuk memulai suatu percakapan baik secara informal maupun secara formal menurut hukum adat. Oko'mama' dapat dipandang sebagai jembatan yang menghubungkan dua pihak untuk memulai sesuatu percakapan.
Dalam hal Tae Bnetes, fungsi oko'mama' bukan sekedar memamah sirih-pinang yang dipadu kapur. Ketika sirih-pinang yang dipadu kapur dan air liur dimainkan di dalam rongga mulut, akan nampak warna yang berubah. Warna merah hati pada cairan yang kelihatan. Warna ini akan makin kelihatan menghitam bila unsur sirih lebih banyak, atau kelihatan menguning bila unsur kapur sudah kadaluwarsa. Bila keliru dalam ukuran atau takaran kapur yang harus dipadukan dengan sirih dan pinang, maka lidah atau bagian tertentu dari rongga mulut termasuk bibir, akan dilukai.
Hal-hal ini yang nampak pada proses memamah sirih-pinang, termasuk contoh kasus misalnya mabuk sirih-pinang yang telah dipadu kapur. Biasanya yang orang yang mabuk itu badannya teramat lemah, dan bagai tanpa tulang. Ia akan tidur bagai seonggok daging belaka. Lebih memabukkan daripada mereka yang kecanduan alkohol.
Apa fungsi oko'mama' dalam hal budaya tae bnetes? Pertanyaan ini penting untuk disampaikan oleh karena semua anggota keluarga yang diundang dalam acara ini, akan dengan segera akan memberikan tambahan padanya dengan mengetahui kekuatan dan peluang yang disediakan oleh pemilik acara yang diwakilkan pada oko'mama'.
Oko'mama' yang ditampilkan oleh pemilik acara, di sana ditempatkan sejumlah uang. Uang itu disampaikan kepada para undangan dan keluarga bahwa kesiapan dari pemilik acara, khususnya dari satu pemuda di dalam rumah tangga itu, adalah sebanyak yang dapat dihitung dan nampak di depan mata. Lalu, pada mereka dipaparkan kesiapan lain dan material yang dibutuhkan untuk mengurus pernikahan/perkawinan, khususnya pada acara resepsi pernikahan. Perhitungan biaya untuk berbagai pembiayaan inilah yang dinampakkan pada budaya tae bnetes. Selanjutnya perhitungan biaya ini pula yang menyebabkan orang menyebutkan tae oko' , dimana orang harus mengetahui terlebih dahulu, sejauh mana kesiapan dari pemilik dan penyelenggara acara pernikahan/perkawinan.
Oko'mama' dalam hal ini berfungsi sebagai jembatan pengetahuan kepada undangan dan keluarga bahwa pesta perkawinan dalam rangka meresmikan suatu perkawinan nampak dalam perhitungan anggarannya. Undangan dan keluarga-keluarga yang diundang pada saat ini diharapkan sumbangsihnya agar pada hari-hari pelaksanaan kelak, tidak satupun item pembiayaan terabaikan.
Oko'mama' nampak pula berfungsi sebagai usaha untuk menaikkan harga diri/martabat keluarga besar. Gengsi keluarga ditunjukkan dengan kesiapan mental dan material yang diwakilan pada oko'mama'. Kesiapan mental dan terutama material itulah yang disebut bnetes ~ jembatan penyeberangan. Seluruh keluarga dan undangan akan menyeberang melalui jembatan ini dengan menambalnya agar ia makin kokoh dan kuat. Setiap orang yang melewati bnetes, pada oko'mama' harus menambal (memberi sumbangsihnya) berupa sejumlah uang. Penambahan inilah yang disebut saot oko'.
Dari uraian singkat di atas dapat dipahami bahwa oko'mama' dan isinya berupa sejumlah uang itu menjadi alat bantu menyiapkan suatu pesta perkawinan dengan tujuan:
- Menyukseskan seluruh rangkaian prosesi dalam rangka perkawinan/pernikahan sepasang kekasih menjadi resmi sebagai suami-isteri.
- Menegakkan martabat manusia khususnya pada keluarga-keluarga yang berada dalam pusaran urusan perkawinan/pernikahan, yang didukung keluarga luas (besar)
Apakah etnis lain di luar masyarakat adat Pah Amarasi mempunyai budaya yang sama?
Saya ingat untuk mencoba mencari keseimbangan informasi tentang hal yang satu ini.
Akan saya lanjutkan pada tulisan berikutnya.
Koro'oto, 21 Oktober 2020
Heronimus Bani
Terima kasih sudah berbagi. Menambah pengetahuan budaya
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi. Menambah pengetahuan budaya
BalasHapus