Atupas, Abe'et, Asaenenot
Atupas, Abe'et, Asaenenot
Pengantar
Kebudayaan suatu masyarakat baik dalam komunitas terbatas maupun masyarakat luas di suatu tempat, kiranya sebahagian di antaranya dapat dibaca dalam istilah-istilah lokal yang digunakan. Suatu istilah dalam bahasa lokal (bahasa daerah, bahasa ibu, bahasa hati, bahasa yang paling mudah dimengerti), sangat variatif maknanya, bila itu digunakan dalam acara formal adat-istiadat, maka para pembicara harus cerdas untuk segera mencerna maksud yang terkandung dalam frasa dan kalimat lawan bicara.
Dalam Uab Meto' Amarasi ada tiga istilah yang sesungguhnya mudah dipahami, tetapi sarat makna bila diucapkan dalam suatu konteks formal adat-istiadat. Ketiga kata itu saya tempatkan pada judul tulisan ini. Atupas, Abe'et (Abe'at) dan Asaenenot.
Tulisan ini hendak menguraikan secara gamblang makna yang terkandung di dalam ketiga istilah di atas.
Atupas
Istilah ini merujuk kata benda, yang bila diterjemahkan secara harfiah artinya, yang tidur. Istilah ini merupakan kata bentukan yakni dari a- pembentuk kata benda ditambah kata kerja tupas ~ tidur. Jadi a + tupas = atupas, yang tidur.
Semua orang pasti akan tidur untuk melepas penat, beristirahat agar sesudahnya mendapatkan kesegaran dan kebugaran. Siapa pun yang sibuk bekerja dalam tensi dan intensitasnya masing-masing, pada titik waktu istirahat, pasti akan tidur. Ini hal yang lazim setiap harinya. Jadi, atupas dalam kelaziman ini yaitu orang yang sedang berbaring dalam istirahat melepas kepenatan agar ketika bangun ia sudah mendapatkan kesegaran baru.
Atupas yang lain digunakan untuk memberi nama baru pada mereka yang meninggal. Setiap orang dari kalangan masyarakat biasa yang meninggal dan sudah dikuburkan, terdapat beberapa istilah atau nama baru yang dikenakan pada mereka. Istilah atau nama itu yakni atupas, yang tidur. Orang-orang yang sudah meninggal bagai melarang orang yang masih hidup untuk tidak menyebut nama diri mereka lagi. Atau sebaliknya orang yang masih hidup melarang diri mereka untuk menyebut nama pada orang yang sudah meninggal dan dikuburkan. Nama baru pada mereka yakni atupas.
Bahwa bila orang akan menyebutka nama, mereka akan menyematkan nama atupas di depan nama. Misalnya, Atupas nai' Hati', Atupas bi Taku. Nai' Hati seorang laki-laki bernama Hati', dan bi Taku seorang perempuan bernama Taku, dengan menyematkan istilah atupas, orang yang mendengar akan segera memahami bahwa nai' Hati atau bi Taku telah meninggal dunia.
Roh para Atupas berada di dunia bawah. Mereka akan pergi ke satu tempat dimana mereka berasal. Asal mereka disebut Faut kanaf-Oe kanaf , di tempat itu nama mereka tertulis pada mulanya, dan ketika meninggal mereka akan kembali ke sana bagai sedang "melaporkan diri" bahwa tugas mereka di arena pengembaraan dunia telah berakhir.
Abe'et (Abe'at)
Satu istilah ini diucapkan dengan dua cara sebagaimana terlihat pada sub judul ini. Abe'et diucapkan oleh mereka yang menggunakan Bahasa Amarasi-Kotos, dan Abe'at diucapkan oleh pengguna Bahasa Amarasi Roi'is. Keduanya berbeda cara mengucapkannya, namun bila diterjemahkan secara harfiah artinya yang sedang melek mata. Kata bentukan dari a + be'et atau a + be'at.
Pada suatu masa yang panjang ketika pemerintahan adat ke-usif-an hingga Swapraja, Usif memberlakukan suatu sistem kerja kepada rakyatnya untuk melayani raja secara bergiliran di sonaf (istana). Rakyat yang diutus dari wilayah ketemukungan untuk maksud melayani/bekerja di sonaf dalam satuan waktu tertentu disebut abe'et (abe'at). Mereka tidak digaji. Tugas mereka seperti para asisten rumah tangga di zaman modern ini. Bertugas di lingkungan sonaf sampai tiba giliran berikutnya dari ketemukungan yang lain.
Hal ini berlangsung terus sampai dengan zaman kemerdekaan, dan baru dihapuskan setelah seorang Temukung mengadukan usif ke pengadilan dengan tuduhan kerja paksa dan perhambaan pada masyarakat. Beberapa Temukung mendukung secara diam-diam pada Temukung yang satu ini hingga mereka memenangkan "pertarungan" itu baik di ranah pengadilan hingga keputusan secara politis di ibukota Provinsi Sunda Kecil, Singaraja, Bali.
Dua makna dari abe'et (abe'at) sudah kita ketahui. Makna ketiga dari istilah ini dikenakan kepada semua orang yang masih hidup. Selama masih hidup, maka setiap orang menjadi yang sedang melek mata. Ada ungkapan, atbe'-bee' fe' te, tbain'aetn ok ~ artinya selama masih hidup mari terus bekerja keras. Ketika seseorang yang lama tidak diketahui keberadaannya, orang dapat mengira dia sudah menjadi atupas, namun bila satu dua orang mengetahui keberadaannya, mereka akan membuat pernyataan a'naef ee anbe'-bee' fe', sang tua masih hidup. Jadi abe'et (abe'at) bermakna sebagai yang masih hidup.
Dunia orang yang masih hidup yakni permukaan bumi ini. Semua yang masih hidup akan bergerak dalam tugas dan karya. Arak-arakan tugas dan karya diarahkan kepada kebaikan hidup bersama dalam keluarga kecil, komunitas hidup bersama dalam masyarakat, dan pada masyarakat luas dengan varian dan corak ragam gaya dan daya di sana.
Asaenenot
Istilah ketiga ini dibentuk dari a + sae + neno. A - pembentuk kata benda, sae ~ naik; neno ~ langit, t ~ penanda kata benda. Artinya kata bentukan ini yakni yang naik ke langit.
Istilah ini dikenakan kepada mereka yang meninggal dunia dari kalangan sonaf. Kaum ningrat dikategorikan sebagai bangsa yang datang dari langit. Maka ketika meninggal rohnya akan kembali ke langit.
Penutup
Bila menelisik ketiga istilah yang digunakan dalam kehidupan masyarakat adat Pah Amarasi, kiranya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Area kehidupan manusia Pah Amarasi terbagi atas 3 bagian, yakni: alam bawah untuk orang-orang yang mati dalam status sebagai masyarakat kelas bawah; alam tengah yakni permukaan bumi sebagai tempat dimana orang hidup bekerja, saling berbagi dalam suka dan duka; dan alam atas, tempat kemana orang meninggal dalam strata tertentu yang dapat sampai ke sana.
- Sekalipun dalam masyarakat adat terdapat strata/kasta namun menyebutkan nama mereka patutlah secara terhormat, menggunakan istilah akuf ~ akun; Penyematan akuf~akun akan sangat berdampak kebanggaan pada setiap orang dan komunitas. Akuf-Akun bahkan diberikan kepada orang yang meninggal walau yang meninggal itu sendiri tidak memiliki kebanggaan apapun sesaat sesudah ia meninggal. Keluarga dan kerabat yang mengambil manfaat dan rasa bangga itu ketika saudara mereka yang meninggal kepadanya disematkan atupas dan atau asaenenot
Terima kasih. Kiranya uraian singkat ini memberi pengetahuan.
Umi Nii Baki, 12 Agustus 2022
Heronimus Bani (Aam Soo'i, Meo Mnasi' Umi Nii Baki)
Luar biasa tulisan ini...menambah wawasan
BalasHapus3 kata yg punya makna luar biasa. Noted bisa jadi satu buku yang mengupas kata 2 yang perlu dilestarikan
BalasHapusTerima kasih untuk kunjungan ini. Tuhan memberkati
BalasHapusPemaparan yang sempurna.
BalasHapusTerima kasih telah berkunjung ke lapak saya
HapusRefrensi yang luar biasa bagi generasi selanjutnya👌😇🙏
BalasHapusKeren 😇🙏
BalasHapusSkali2 tulis juga tentang Amarasi barat
BalasHapus