Ukuran Panjang dalam Uab Meto’

 

Ukuran Panjang dalam Uab Meto’

Pengantar

 

Secara internasional orang mengenal besaran pokok: Panjang, Berat dan Volume.  Orang mengenal sentimeter, meter dan kilometer. Demikian pula orang mengenal ons dan kilogram, serta liter, dan lain-lain. Itulah sebahagian dari sebutan-sebutan dari turunan tiga jenis besaran pokok.

 

Apakah ada besaran pokok yang berlaku pada komunitas masyarakat tertentu? Misalkan pada orang etnis Timor (Atoni’) yang menggunakan Bahasa Meto’, apakah ada pada mereka satuan-satuan ukuran Panjang sebelum datangnya ukuran Panjang yang diakui dan dipakai secara Bersama ukuran standar internasional? Jawabannya, ada. Walaupun seakan tidak standar namun, ada dan diakui.

 

Bagaimana keberadaanya? Dalam makalah sederhana ini akan dijelaskan apa yang dimiliki etnis Atoni’ di pulau Timor bagian Barat.

 

Jenis satuan Panjang etnis Atoni’

 

1.       Rakat, lakat (lit.jengkal, langkah)

Istilah rakat atau lakat diucapkan secara berbeda oleh pengguna Uab Meto’ yang berbeda, yaitu Amarasi menggunakan kata rakat sementara Amfo’an, Amanuban, Amanatun, Mollo menggunakan kata lakat. Kedua kata ini diterjemahkan sama, yaitu jengkal dan langkah. Alat bantu untuk menjengkal adalah ibu jari dan jari tengah. Setiap satu jengkal dihitung sebagai satu satuan ukuran.

 

Rakat mese’ atau lakat mese’

Satu jengkal

Rakat nua atau lakat nua, lakat nuug

Dua jengkal

Rakat teun atau lakat teen

Tiga jengkal

Rakat haa atau lakat haa

Empat jengkal

Rakat niim atau lakat niim

Lima jengkal

Dan seterusnya

...

 

Selain menjengkal, ukuran Panjang berikut menggunakan langkah yang istilahnya sama, rakat atau lakat.

 

Rakat mese’ atau lakat mese’

Satu langkah

Rakat nua atau lakat nua, lakat nuug

Dua langkah

Rakat teun atau lakat teen

Tiga langkah

Rakat haa atau lakat haa

Empat langkah

Rakat niim atau lakat niim

Lima langkah

Dan seterusnya

 

 

2.       Teri (lit.injak)

 

Teri, diterjemahkan secara lurus, injak. Di sini, alat yang digunakan adalah, Panjang tapak kaki diukur dari ujung tumit sampai ujung ibu jari kaki. Langkah perlahan kiri-kanan sambung-menyambung pada titik nol (0) sampai titik sasaran. Cara ini dipakai untuk mengukur Panjang dan lebar tempat untuk menggali lubang kubur. Cara ini dipakai oleh komunitas masyarkaat Amarasi Raya pada masa lampau. Selanjutnya ketika orang mulai meninggalkan teri, mereka menggunakan ukuran panjang jenazah. Sebatang kayu panjang dipakai untuk mengukur panjang jenazah. Kemudian dilebihkan maksimal 2 teri pada bagian kepala dan kaki ketika menggali lubang kuburan. Pendekatannya teri, namun satuannya disebut rakat.

 

3.       Nehe (lit.depa)

 

Nehe, diterjemahkan depa. Ukuran Panjang ini menggunakan Panjang lengan dua belah tangan kiri dan kanan. Ukurannya dimulai dari titik terluar ujung jari tengah sebelah-menyebelah dihitung satu nehe. Sering pula satu nehe dihitung hanya satu bahagian saja yang standarnya dimulai dari ujung jari tengah sampai titik tengah belahan dada. Nehe tidak menguntungkan karena dua jenis pendekatan yang digunakan.

4.       Ruku

Ruku berupa sebatang kayu yang panjangnya antara 35 – 45 cm. Ruku dipakai untuk mengukur jarak antar gording  (lata ~ takpani) untuk persiapan atap rumah dengan menggunakan rumput alang-alang.

 

5.       Pal (par)

Masih sangat sering terdengar ucapan par dari anggota masyarakat tertentu dalam wilayah Amarasi Raya. Apakah mereka mengerti atau memahami kata itu? Sesungguhnya kata yang dimaksud itu yakni pal, yaitu tonggak batu (malestone) yang dipasang di pinggir jalan pada ruas-ruas tertentu. Pada pal itu terdapat angka-angka yang menunjukkan satuan panjang jalan yang sudah ditempuh ketika tiba pada titik pal itu.

Sekalipun orang tidak secara utuh memahami pal, (par), tetapi mereka mengucapkannya, tetapi tidak memanfaatkannya di dalam keseharian hidup bermasyarakat.

 

Penutup

Ukuran panjang pada suku-suku bangsa kiranya dapat berbeda baik pada penggunaan alat maupun sebutannya. Hal ini berdampak pada tidak terstandarnya ukuran-ukuran pada bidang-bidang tertentu. Ketika memasuki dunia modern, ukuran standar mulai digunakan yakni meter. Penggunaan meteran dalam berbagai wujud (rol kain, rol logam seng, meter kayu, dll) dengan  ukuran standar internasional sangat memungkinkan untuk terjadinya kesamaan ukuran panjang. Sementara ukuran non standar yang tradisional mulai ditinggalkan. Catatan ini sekadar dibuat untuk menjadi ingatan sejarah bahwa dalam masayakat Pah Meto’ pernah ada ukuran-ukuran panjang yang digunakan, walau tidak terstandar, namun berguna pada masa itu.


Nekmese, 6 September 2022
herobani68@gmail.com

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya