Teu'baun Menatap Hari Depan

 Teu'baun Menatap Hari Depan

Wakil Bupati Kupang, Jery Manafe, S.H.,M.Th, memegang batu pertama untuk ritual peletakan batu pertama pembangunan Gedung Gereja Jemaat Teu'baun Betania Rabe; Foto: Ansel Bani


Pengantar

Pada hari Selasa (26/10/22) suatu acara berlangsung secara terpadu di desa Rabeka Kecamatan Amarasi Timur. Acara ini diselenggarakan oleh GMIT Jemaat Teu'baun Betania Rabe, Klasis Amarasi Timur. Saya salah satu yang mendapatkan undangan yang dikirim via aplikasi WhatsApp. 

Dua hal dipadukan dalam satu satuan waktu pelaksanaannya yakni, memperingati hari lahirnya Jemaat Teu'baun Rabe dan Peletakan Batu Pertama pembangunan gedung gereja (baru). Perpaduan yang ekonomis oleh karena bila diacarakan berbeda waktu, tentulah tidak efisien dan efektif.

Pada kesempatan ini, Pdt. Trovia Niap-Ratu Edo, S.Th yang menjadi Pengkhotbah. Khotbah yang menyentil pula suksesi Kepala Desa Rabeka. Entahlah secara sadar hendak mengingatkan masyarakat Dusun Rabe bahwa ibukota desa Rabeka ada di Rabe, maka semestinya Kepala Desa berasal dari sana. Sayangnya dari Dusun Rabe terdapat 2 orang calon kepala desa, sementara 3 dusun lainnya mendukung hanya 1 orang calon. Apakah yang Anda baca dari proses yang demikian?

Lain persoalan yang menjadi inspirasi untuk dilukis dan ditulis dalam urai kata dan diksi sederhana yakni, teu'baun betania. Kejujuran mesti saya tampilkan di sini, oleh karena saya hanya mendengar saja cerita tentang Teu'baun Betania. Mengapa Teu'baun Betania, dan bukan Teu'baun saja, atau Betania saja?


Teu'baun dan Betania

Orang Timor di Amarasi sangat menyukai kata bersayap, metafor, berdimensi makna. Kata baun dan raen terasa seperti dominan pada nama-nama desa di bekas Swapraja (Pah) Amarasi. Saya sebutkan dengan pengelompokannya:

  • Baun
  1. Teunbaun
  2. Too'baun
  3. Merbaun
  4. Niukbaun
  5. Nekbaun
  6. Erbaun
  7. Tunbaun
  8. Pakubaun
  • Raen
  1. Buraen
  2. Sonraen
  3. Sahraen
  4. Retraen
  5. Enoraen
Padahal di sana ada juga nama-nama desa/kelurahan yang tanpa embel-embel Baun dan Raen
  1. Soba'
  2. Oesena'
  3. Kotabes
  4. Nonbes
  5. Ponain
  6. Tesbatan
  7. Apren
  8. Nekmese
  9. Oenoni
  10. Oebesi
Ke-23 desa ini terbentuk antara tahun 1968 - 1975 ketika pembentukan desa-desa gaya baru yang disebut juga desa konsentrasi. Pada desa-desa konsentrasi ini pemukiman masyarakat bekas Swapraja (Pah) Amarasi dikonsentrasikan. Cara mengkonsentrasikan mereka yaitu membongkar dan memindahkan rumah-rumah penduduk/masyarakat dari desa gaya lama yakni desa adat. Dari sana mereka wajib menempati area baru yang ditunjuk dan "disepakati" oleh para Temukung/'Nakaf/Kepala Desa dan para Amnasit.

Saya tidak ingat persis desa Rabeka terbentuk tahun berapa? Saya ingat desa Rabeka merupakan gabungan dari kampung Noenaak, Oekaka, dan Rabe. Sementara Rium tidak bersedia bergabung ke dalam desa Rabeka. Masyarakat Rium/Nefoseran tetap menjadi bagian dari desa Pakubaun. Sebelumnya Rabe menjadi bagian dari desa Pakubaun.

Kita tinggalkan secuil kisah desa Rabeka. Kita kembali ke pokok kita yaitu, teu'baun. Khusus kata teu' dalam ilmu bahasa merupakan kata intransitif. Kata kerja intransitif ada yang memerlukan objek ada pula yang tidak. Artinya tersirat di dalam kata itu sendiri objeknya.

Te'u ~ teu' ~ goncang ~ bolak-balik; kata dasar, dijadikan kata kerja intransitif, na'te'un, tate'un, mite'un, mu'te'un; kata-kata kerja ini tidak memerlukan objek karena objeknya tersirat di dalamnya, yakni membolak-balik sesuatu, menggoncang-goncangkan sesuatu.

Dalam hubungannya dengan nama Teu'baun, kiranya sudah dalam pengetahuan umum masyarakat (umat/jemaat) di Rabe bahwa kehidupan berjemaat yang berlangsung pada mereka bagai sedang terus-menerus mendapatkan goncangan. Benar atau tidaknya, hal itu dirasakan sendiri oleh mereka.

Perhatikan lokus kampung Rabe. Ia berada di ketinggian. Ia mudah digoncang, dipermainkan angin, bukan? Kampung ini bagai memasang badan belaka untuk menahan gempuran angin timur (angin laut/Mei-Juni) dan angin barat (badai/Februari). Jadi dari aspek klimatologi dan lokus, Rabe memang selalu akan digoncang karena berada di ketinggian. Ia bagai puncak pohon yang dimain-mainkan angin.

Bagaimana agar ia dapat bertahan? Perhatikan pula kontor tanah dimana masyarakat hidup. Kontur/struktur tanah berbatu kerikil, disela tanaman umur panjang. Akar tanaman umur panjang akan menahan tanah untuk tidak mudah longsor. Maka goncangan alamiah tetap akan ada tetapi bukit itu bergeming belaka.

Lihatlah masalah di sekitarnya, 
  • Pembentukan desa yang nyaris menelan korban
  • Tarik-menarik penempatan dan pembangunan kantor desa
  • Masalah batas tanah, lahan perladangan antara Rabe dengan Bimous
  • Sentimen Kotos-Roi'is menjadi "santapan" politik praktis dalam tutur dan sikap
  • Perpecahan jemaat Teu'baun Betania Rabe, atau mungkin boleh disebut sebagai Teu'baun "melahirkan" satu jemaat baru
Di sini terlihat apa yang saya sebutkan sebagai fakta empiris yang metafisik. Mengapa? Karena orang tidak akan percaya pada apa yang disebutkan sebagai mitos atau cerita-cerita yang diandai-andaikan. 

Teu'baun akan terus berada di sana berdampingan dan bersahabat karib dengan Betania. Mengapa? Saya akan mengurai di sini dari sudut pandang makna kata. 

Bacalah penjelasan W. R. F. Browning (2008) dalam  A Dictionary of the Bible yang diterjemahkan oleh Dr. Liem Khiem Yang dan Bambang Subandrijo, M.Th. Uraian singkat tentang Betania sebagai berikut: satu desa yang terletak satu mil lebih di sebelah timur Yerusalem di jalan ke Yerikho, dan sebelah tenggara Bukit Zaitun. Di sini, menurut Yohanis 11, Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian dan dijamu oleh Simon si kusta (Mrk 14:3). Dikemukakan bahwa gulungan Laut Mati memuat bukti bahwa Betania sebenarnya merupakan koloni penderita kusta. Yesus melewatkan malam terakhir-Nya di desa ini sebelum masuk ke Yerusalem (Mrk 11:1-11).

Mari mencoba melakukan tafsiran konteks dengan menggunakan ilmu cocokologi, tanpa bermaksud mencari pembenaran diri.

Dari rumusan sebagaimana ditulis oleh W. R. F. Browning, kita dapat menemukan beberapa hal:

  • Betania sebagai satu wilayah desa, di sebelah timur Yerusalem. 
  • Letak desa ini di Bukit Zaitun (Mrk 11:1)
  • Betania tempat "penangkaran" para penderita kusta (masalah)
  • Rumah dan desa tempat tinggal Lazarus (Maria & Marta) (sahabat Yesus)
  • Kematian Lazarus dan kebangkitannya (masalah dan solusi)
  • Rumah dan desa tempat tinggal Simon si kusta (Yesus bersahabat pula dengan mereka yang dijauhi/dibuang).
  • Bukti sejarah (Gulungan Kitab Laut Mati)
  • Malam terakhir Yesus di Betania (titik berangkat akhir yang mengawali sengsara, penebusan dan anugerah) 

Dari hal-hal yang saya daftarkan di sini, tidakkah kita (umat/jemaat Teu'baun Betania Rabe) menarik kesimpulan bahwa:

  • Di tempat yang tinggi selalu ada goncangan, diombang-ambingkan, gosip, buli/olok, perundungan, persekusi, dll. Lihatlah Teu'baun dan tengok pula Betania
  • Di tempat dimana orang merasa diasingkan, justru di sana terlihat ada yang menarik dan unik. Mari menjenguk Teu'baun dan bezuklah Betania. Anda akan menemukan sesuatu yang renyah dalam olah pikir dan resah dalam rasa
  • Di tempat dimana badai meronda dan meroda gilas, di sana akan disisakan rantai bersambungan dengan celah-celah solusi. Angkatlah mata lihatlah sejumlah masalah di Teu'baun, dan tiliklah Betania dengan persoalan di dalamnya.
  • Di tempat dimana orang merasa tidak ada harapan, justru di sana asa sedang menanti. Bukankah Teu'baun telah digoncang berkali-kali tetapi tetaplah kokoh dalam kesederhanaannya? Tidakkah Betania menjadi titik akhir hidup bersama sebagai Yesus Manusia Tulen yang makan bersama dengan para sahabat dan musuh-Nya, setelahnya Ia tegar pada sengsara-Nya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya. 
Tidakkah Teu'baun akan mengalami hal-hal yang demikian?

Penutup

Saya mengguankan pendekatan cocokologi, maka janganlah cepat-cepat menyatakan rasa percaya pada diksi yang dijejer di sini. Percayalah bahwa Tuhan menempatkan Anda, Teu'baun Betani Rabe di sana untuk memuliakan nama-Nya. Dari sana Anda, Teu'baun Betania Rabe bergandengan bagai rantai yang tidak mudah putus agar di celah (lubang sambungan) mata rantai itu, Anda dapat melihat solusi dari berbagai persoalan kehidupan. Di tempat itu Tuhan menyediakan asa untuk memuliakan Anda, dan Anda pun memuji kemahakuasaan-Nya.

Mari, Teu'baun Betania Rabe, tataplah masa depan dalam iman, harap dan kasih. Ingatlah bahwa tiada waktu tanpa aral dan halang, pastikan ada lorong berujung keceriaan.
 

Umi Nii Baki-Koro'oto, 27 Oktober 2022
Heronimus Bani, S.Pd.,M.M



NB: Terima kasih kepada Pdt. Fentris M. Sa'u-Rihi, S.Th yang telah mengundang saya untuk menghadiri kebaktian terpadu ini. Salam kepada anggota MJ dan Jemaat Tuhan di Teu'baun Betania Rabe. Uisneno nneek ma namnau ki arki, tua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya