Tuntas sudah Sangpiak Toraja Utara - Koro'oto Pah Amarasi
Tuntas sudah Sangpiak Toraja Utara - Koro'oto Pah Amarasi
Januari 2019, saya dan rombongan keluarga berangkat ke Tana Toraja. Dengan penerbangan dari El Tari Kupang menuju Hassanudin Makasar kami bagai burung perkutut lemah tak kuasa melewati lautan, selat, tanjung dan pulau-pulau. Berkumpul bersama rombongan dari Surabaya berjumlah tiga orang, jadilah kami berjumlah tujuh orang berangkat ke Toraja Utara.
Perjalanan darat kami harus tempuh sepanjang malam sejak tanggal 2 Januari 2019, dan baru tiba di ibukota Kabupaten Toraja Utara, Rantepao. Dari sana kami berangkat lagi ke Kecamatan Awan Rante Karua, hingga tiba di satu kampung kecil nan permai, Sangpiak.
Perjalanan melelahkan, ya. Namun, kesannya sangat membekas baik pada diri saya sendiri, isteri, satu anak dan juga kakak. Lalu, kesan lebih mendalam pada sepasang kekasih, Julius Nabubois-Naomi Panggua, serta seorang anak yang sempat mendapatkan izin dari atasannya. Ia turut serta dalam perjalanan yang saya beri nama perjalanan budaya (cultural journey).
Mengurus persoalan yang sifatnya adat-istiadat, apalagi berbeda etnis, entitas, dan lagi daerah bahkan antarpulau, membutuhkan kesabaran dan daya juang. Keluarga Nabubois sangat sabar dan terus berjuang untuk maksud baik ini. Upacara sederhana dilaksanakan di Sangpiak, dan sesudahnya, kami berbalik lagi ke Timor. Sementara keluarga Nabubois ke Surabaya, menanti waktu yang tepat untuk semuanya yang sedang berpencar ini dapat bertemu dan menuntaskan ritual adat perkawinan. Puncak acara itu disebut saebnono. Itulah yang sudah dilakukan pada tanggal 30 Desember 2019.
Nono ~ sesungguhnya hanyalah satu istilah belaka. Namun, isinya sakral dalam budaya ketimuran, khususnya, terlebih pada kalangan Atoin' Meto'. Nono ~ dalam budaya paternalistik dimana anak-anak mengikuti garis keturunan ayah, maka nama itu harus melekat pada perempuan dewasa yang dinikahi. Nama nono diyakini dimiliki oleh perempuan dewasa manapun dan dari etnis manapun dalam budaya Timor. Itulah sebabnya, nono keluarga perempuan mesti "bergeser" posisi ke belakang agar nono keluarga suaminya dapat melekat menjadi satu dengan isterinya, tanpa mengubah status hubungan kekerabatan dengan keluarga perempuan. Justru sebaliknya, makin merekateratkan mereka.
Maka, upacara nono dibagi menjadi dua bagian, sea'nono atau sanu'nono atau kaos nono, dan saebnono. Masyarkaat Pah Amarasi orang lebih mengenal sea'nono dan saebnono daripada sanu'nono, sementara di kalangan etnis Timor yang lain lebih mengenal kaos nono. Pada etnis Hawu mengenal istilah kenoto, dan etnis Rote menggunakan istilah to'o.
Kemasan acara dipadukan dengan ibadah syukur menurut agama yang dianut, yaitu, Kristen. Pada saat itu, pada rombongan keluarga Nabubois dari Surabaya-Manokwari mereka berbusana khas Amarasi, disambut di depan rumpun-rumpun keluarga di kampung Koro'oto desa Nekmese'.
Perwakilan orang tua keluarga Panggua dari Sangpiak menyampaikan kata sambutan yang disambut oleh Kepala Desa Nekmese' dan wakil keluarga Nabubois. Kepada kedua orang ini disapa dengan suguhan tempat sirih-pinang. Lalu kepada pemimpin agama dimohonkan agar menyampaikan doa syukur. Permohonan itu dijembatankan dengan tempat sirih-pinang pula.
Sebutan nono untuk ibu Naomi Panggua menjadi Naomi Nabubois-Panggua. Dengan menyandang nama Nabubois, ia berhak mendapat nama nono sakral, Ain Nabu dan Ain Rasi'. Demikian juga lima anak-anaknya. Sementara menantu belum dapat menerima sebutan itu berhubung acara yang sama mesti diwujudkan terlebih dahulu.
Panggung perjalanan budaya (cultural journey) akan dibuka lagi untuk prosesi dan ritual itu.
Ketika tulisan ini dibuat, mereka sedang berbagi perjalanan pulang dalam beberapa tim. Tim pertama berangkat 1 Januari 2020, El Tari Kupang-Hasanudin Makasar-Manokwari. Pagi ini, 2 Januari 2020, El Tari Kupang-Ngurah Rai Denpasar; dan El Tari Kupang - Surabaya. Masih ada dua tim yang akan berangkat. Besok 3 Januari 2020 akan ada satu tim lagi. Dan akhirnya 6 Januari 2020 tim terakhir akan menutup sementara catatan cerita ini.
Koro'oto-Pah Amarasi, 2 Januari 2020
Perjuangan yg sungguh melelahkan bagi seorang laki² Atoin Meto'. Namun demikian itulah yang wajib dipenuhi secara adat oleh setiap laki² dewasa Atoin Meto' (orang Timor) saat melangsungkan perkawinan/pernikahan.
BalasHapusWalaupun sdh ditabiskan secara agama dan disahkan oleh pemerintah tapi belum dikatakan sah secara adat jika belum melaksanakan sea' nono dan saeb nono. Jika kedua hal ini blm terpenuhi maka anak²nya belum seutuhnya menyandang fam/marga ayahnya.