Dua Kisah satu Objek

Dua Kisah satu Objek

Merujuk pada judul ini, saya mau mengutip kembali dua artikel pendek yang saya tulis ketika seorang saudara bernama Bertha Agustina Bani meninggal. Ia seorang ibu rumah tangga yang meninggal akibat sakit yang mendera tubuhnya sejak November 2019. Ia menghembuskan nafas di Rumah Sakit Siloam Kota Kupang pada tanggal

Sang ibu rumah tangga seorang ibu yang berhasil membina anak-anaknya dari suaminya terdahulu. Suaminya yang pertama meninggal ketika anak-anak yang dilahirkan masih kecil. Lima orang anak lelaki lahir dari kandungannya dari suaminya terdahulu.

Ia kemudian dinikahi lagi oleh seorang duda. Keduanya memadu kasih dalam masa menikah itu walau umur mereka terpaut agak jauh. Tuhan mengasihani mereka. Kepada mereka dikaruniai dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Anaknya yang sulung, lelaki telah menamatkan sekolah lanjutan atasnya, dan adiknya yang perempuan sementara duduk di bangku sekolah pada jenjang yang sama ketika sang ibu meninggal dunia. Suaminya, makin tua saja.

Berikut dua artikel itu.

Artikel Pertama
Ikhlas pada Kematian
Sore ini kami warga sedesa Nekmese' Amarasi Selatan berduka. Bukan saja warga sedesa ini, kerabat dekat yang menetap di kota Kupang pun berduka. Bahkan merekalah yang mengurus jenazah dari mendiang seorang saudari yang meninggal itu.
Sang mendiang pergi untuk selama-lamanya. Ia meninggalkan seorang suami dan dua orang anak, buah cinta kasih. Kedua anak masih amat belia. Sulung telah menamatkan sekolah menengah atas, sedang bungsu masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Di rumah itu ada seorang anak yang diadopsi. Sayang sekali, ia cacat, tetapi ia tidak membebani keluarga ini.
Kabar-kabar melalui aplikasi WhatsApp kami baca. Di sana emoji berairmata penuh di layar dan dinding para penggunanya baik grup maupun jaringan pribadi. Kabar tentang jenazah yang masih berada di Rumah Sakit. Lalu beralih dari sana ke rumah kerabat terdekat di kota Kupang. Lalu, terakhir kabar tentang akan diberangkatkannya jenazah ke rumah duka, di kampung halaman, di Tuamese desa Nekmese' Amarasi Selatan. Jenazah baru akan diberangkatkan pada hari Kamis besok (30/01) sekitar jam 09.00. Besar kemungkinan akan dikuburkan pada hari Jumat (31/01). Ini sudah kebiasaan umum di Timor, jenazah akan disemayamkan selama dua hari (dua malam) sebelum dikuburkan. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada kerabat jauh-dekat untuk menyampaikan bela sungkawa.
Apa yang menjadi penyebab kematian?
Pertanyaan yang tidak harus dijawab.Kematian tentulah akhir dari kehidupan itu sendiri. Bahwa ada yang menjadi penyebabnya, tentu ada. Sakit-penyakit. Itulah salah satu alasan mengapa seseorang pada akhirnya akan terbujur kaku pada jasadnya sendiri lalu dinamai almarhum, almarhumah, atau dalam istilah bahasa daerah kami Uab Meto' Amarasi, ada uismina', amates, dan paling kurang hormat, nitu.
Kematian telah sampai pada saudari kami ini. Ia tidak akan pernah tersenyum dan tertawa. Ia tidak akan pernah lagi mengeluh dan menangis. Ia tidak akan pernah lagi bertegur sapa ketika menyuguhkan oko'mama' pada kami saudara-saudaranya, bahkan suaminya. Ia tidak akan pernah lagi mendatangi keluarganya untuk menyampaikan sesuatu kabar baik dari rumahnya. Ia tidak akan pernah lagi menghadiri acara-acara keluarga dan kerabat, baik dalam suka maupun duka. Ia justru kini sedang dan akan diratapi dalam waktu singkat. Lalu dikenang dalam masa yang panjang oleh anak-anaknya yang masih muda belia, sementara suaminya telah berumur di atas 70 tahun.
Kematian. Kau menjemput siapapun. Kau tidak memilih dan memilah. Waktu saja yang kau tempatkan berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Orang kaya kau panggil, ia tidak menolak, yang miskin pun bahkan mau merelakan diri lebih awal tiba di pangkuanmu, kematian. Alam itu sesungguhnya tidak disukai insan manapun, bahkaan kaum ateis sekalipun tak menyukai kematian. Maka ketika kematian itu tiba, ia pun berteriak, "Oh God!" Entah pada God yang mana?
Sementara para pemeluk agama meyakini dalam dukanya bahwa kematian adalah pintu menuju lokasi baru. Di sana ada kehidupan baru bersama Tuhan sang Khalik. Dialah Pemberi kehidupan itu. Dia pula yang memanggil untuk masuk ke dalam istana-Nya. Maka, saya di sini, sekalipun bersedih, saya harus ikhlas pada kematian dan jujur berkata, "Tuhan secara merdeka telah memberikan hidup itu dan secara merdeka mengambilnya kembali. Berserahlah pada-Nya!"
Koro'oto, 29 Januari 2020.

Artikel pertama yang saya unggah di dua tempat. Pertama di blog/halaman FB Heronimus Bani, menjangkau 1.121 orang pemirsanya. Di antaranya ada yang mau berinteraksi sebanyak 276 kali, dan yang benar-benar menunjukkan emoji suka, super suka dan sedih secara akumulatif sebanyak 41 orang, dan di antaranya ada 17 komentar dan 4 kali membagi artikel ini.

Kedua di akun FB Tateut Pah Meto'. Artikel ini mendapat respon dari pembacanya sebanyak 235 kali. Di antaranya terklasifikasi ke dalam suka, 149 orang, super suka,3 orang  dan sedih. 83 orang. Di antara yang merespon tersebut ada yang memberikan komentar dengan pernyataan turut berdukacita sebanyak 69 kali dan 5 kali di antaranya ikut menyebar/membagi artikel ini.


Artikel Kedua

Waktu akan Berkisah tentang Dirimu

Adik, kusebutkan kau adik berhubung hukum kekerabatan mengharuskan hal ini. Kakak, kusebutkan kau kakak berhubung ilmu biologi dan krolonologi mengharuskannya. Dalam kedua dan tiga ilmu itu aku kakakmu yang sekaligus adikmu ini berteriak. Aku sungguh sangat menyesal terlambat dalam menghadiri upacara subat atas jasadmu. Aku sungguh tidak dapat menghindari tugas negara yang sedang kupikul. Aku kakakmu ini, sungguh rindu untuk hadir dan menyampaikan satu patah kata saja di hadapan jasadmu untuk terakhir kalinya. Aku sungguh tak dapat bekata apapun. Kata-kata yang telah kuurai sirna oleh karena keterlambatanku.

Aku mendengarkan untaian refleksi dari gembala sidang yang memimpin organisasi di mana adikku bergabung. Aku mengikutinya dengan seksama sambil tak mampu menyibakkan hati yang lebur akan tugas yang mestinya dapat kutunaikan padamu untuk terakhir kalinya. Kau, adikku, yang tiada pernah memberi wajah masam pada kakakmu ini,dan seluruh isi rumah di rumah tua yang kakakmu huni.

Kau, malam ini, dan hari-hari lanjutannya, kau akan bersama mereka yang telah pergi untuk selama-lamanya. Kami di sini berada di dalam daftar tetap menunggu panggilan yang sama denganmu.

Hari ini, begitu banyak orang menghadiri upacara subat atas jasadmu. Mengapa? Karamahan dan kemurahanmulah yang menjadi penyebabnya. Kau terlalu ramah dan terlalu amat murah memberi senyum pada siapapun bahkan pada musuh sekalipun. Maka, selama kau bersama kami, kaulah satu di antara sekian orang yang tidak pernah mempunyai musuh. Waktu akan bercerita tentang dirimu, oleh karena dialah saksinya. Apakah Lexi dan Ishak serta yang lainnya akan seperti dirimu?

Waktu pulalah yang akan bercerita.

Selamat tidur dan bermimpi tentang keindahan sorgawi. Menarilah dan bernyanyilah bersama para malak sorga, adikku, saudariku.

Koro'oto, 31 Januari 2020

Artikel kedua saya unggah di akun FB Tateut Pah Meto' pada tanggal sebagaimana tertulis di atas. Artikel ini mendapat respon suka 97 orang, super suka 12 orang dan sedih 45 orang, semuanya berjumlah 154 orang atau 154 kali dibaca. Di antaranya 7 orang memberikan respon dengan pernyataan turut berdukacita dan 7 orang lagi turut menyebar/membagi artikel tersebut.

Saya tidak menelusuri lebih jauh seberapa banyak respon pada akun-akun yang turut berbagi kedua artikel ini. Saya cukup sampai di sini. Bahwa ternyata menulis artikel yang bernada rintihan yang menggambarkan luka hati yang mendalam dan membekas, empati orang bukan pada kesedihan tetapi justru pada kesukaan.


Koro'oto, 4 Februari 2020
Aam Soo'i, Meo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Lopo dan Maknanya

Koroh natiik Maria