Festival Neof Ko'u Suatu Keniscayaan
Festival Neof Ko'u Suatu Keniscayaan
Foto: @Renly Bureran
Pengantar
Pernahkan Anda berkunjung ke salah satu danau di Kecamatan Amarasi? Setiap orang yang membaca pertanyaan ini akan memberikan 2 jawaban variatif, sudah pernah, atau belum pernah atau ada apa di sana? Sesungguhnya apa itu Neof Ko'u? Neof Ko'u merupakan nama danau alam yang ada di desa Apren Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang. Danau ini tidak amat luas, namun disebutkan sebagai ko'u (besar, luas, lebar) karena cara pandang orang Timor pada lingkungan bergenangan air dalam satuan luas dan diasumsikan sebagai cukup memberi resiko. Itulah sebabnya disebutkan namanya Neof Ko'u yang ditulis sedemikian itu menurut tata pengucapannya dimana kata dasar mengalami perpindahan tempat (methathesis). Aslinya nefo ~ danau dan ko'u ~ besar; luas, lebar.
Bagaimana kondisi terkini Neof Ko'u setelah diterjang badai Seroja? Sebagaimana area ladang dan kebun-kebun (mamar ~ po'on; po'an) masyarakat petani-peternak di Pah Amarasi pada umumnya, kerusakan ada padanya. Apakah kerusakan yang diakibatkan oleh badai itu melemahkan insan berakal budi untuk bangkit memulai sesuatu yang khas di sana? Tentu saja tidak. Sesuatu harus dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat memelihara dan bersahabat dengan alam, khususnya di Neof Ko'u.
Festival Neof Ko'u dalam Analisis SWOT
Festival dimaknai sebagai pesta rakyat dalam rangka memeriahkan secara luar biasa sesuatu di sekitar kehidupan mereka. Festival itu sendiri berasal dari Bahasa Latin, Festa ~ yang di-Indonesiakan menjadi pesta. Jadi, festival merupakan pesta. Pesta selalu mengantarkan para pelakunya pada nuansa kegembiraan dan kemeriahan. Pelakunya menampilkan hal-hal yang dimilikinya dengan antusiasme yang luar biasa agar para penikmatnya membawa kesan yang tak akan terlupakan selama mungkin. Lalu, bila festival itu sebagai suatu acara tetap, maka ingatan itu akan selalu membawanya untuk tiba dan menghadiri festival yang berulang dengan penambahan varian-varian tampilan yang memikat.
Kiranya demikian sekelumit olah pikir tentang festival yang menyemburkan ide apa yang disebut dengan Festival Neof Ko'u. Festival Neof Ko'u akan diarahkan di sekitar atau jika memungkinkan, berlangsung di lokasi Neof Ko'u itu sendiri. Lihatlah Festival-festival yang menggunakan label lokasi/tempat, seperti: Festival Danau Toba, Festival Budaya Dieng. Festival Pasola, Festival Nyepi, Festival Erau (https://www.idntimes.com/travel/journal/.). Masih banyak festival yang diselenggarakan secara tetap yang membangkitkan semangat dari masyarakat sekitar dan mereka yang merindukan untuk menikmati sensasi budaya dan sesuatu yang berbeda.
Mari kita bertanya, dapatkah masyarakat di Kecamatan Amarasi menyelenggarakan Festival Neof Ko'u? Jawabannya, tentu saja dapat diadakan. Apakah masyarakat memiliki daya juang dan daya saing untuk mempromosikannya agar tidak tergredasi pada masa yang akan datang? Ini pertanyaan penting. Kita mulai menjawabnya dengan menggunakan pendekatan SWOT (strengths, Weaknesses, Oppurtunities, and Threats; kekuatan, kelemahan, Peluang/Kesempatan, dan Tantangan/Ancaman). Mari kita mencoba melihatnya satu per satu.
Kekuatan (Stengths). Kita ajukan pertanyaan apakah ada daya (kekuatan) pada masyarakat di dalam desa Apren dan desa-desa sekitar Kecamatan Amarasi? Jawabannya, Ada! Apa jasa kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat di sana? Di sana ada kekuatan yang terlihat secara kasat mata atau yang dirasakan ada.
- Pemerintah Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Pemerintak Kecamatan Amarasi dan desa/kelurahan merupakan dua institusi pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat. Merekalah penggerak dan fasilitator masyarakat untuk kemajuan dan pengembangan potensi yang dimiliki masyarakat. Lihatlah di sana ada Kelurahan Nonbes, desa Ponain, Tesbatan 1, Tesbatan 2, Apren, Oenoni 1, Oenoni 2, Kotabes, dan Oesena. Bukankah ini suatu kekuatan?
- Penduduk; jumlah penduduk dalam wilayah Kecamatan Amarasi mencapai 17.751 jiwa (BPS Kab.Kupang; 2020); suatu angka yang cukup besar untuk satu wilayah kecamatan dengan 8 desa dan 1 kelurahan. Penduduk sebagai suatu potensi yang kuat karena di dalamnya ada upaya untuk dapat menjadi masyarakat yang berdaya dalam geliat usaha yang dapat dikembangkan. Geliat usaha itu dimulai dari usaha mikro baik secara individual maupun secara kelompok
- Potensi alam. Luas wilayah kecamatan Amarasi 155,09 km persegi. Ini suatu area yang luas. Di sana sudah menjadi kebiasaan atau bahkan masyarakat sudah berbudaya ekonomi pertanian lahan kering dengan sambilan beternak besar dan kecil hingga unggas. Data yang ditunjukkan dengan statistik (BPS Kab Kupang, 2020)
- Potensi usaha: Usaha mikro seperti beternak, pengrajin tenun, dan produksi makanan ringan yang diawetkan, atau yang lainnya dapat dimulai atau sudah dimulai namun membutuhkan pendampingan hingga mencapai pasar.
- Kekentalanan bergotong royong sangat kuat dalam masyarakat pedesaan.
Kelemahan (weaknesses). Apakah ada kelemahan di sekitar Neof Ko'u? Mari kita tidak menyempitkan area itu hanya pada sekitar Neof Ko'u. Mari melihat area Neof Ko'u dari kacamatan wilayah Kecamatan Amarasi. Maka pandangan kita akan lebih luas untuk mendapatkan titik-titik kelemahan itu. Manakah kelemahannya?
- Kontrol dan Fasilitasi Pemerintah Kecamatan, desa dan kelurahan. Bila menunjuk titik ini sebagai kelemahan, dapatkah pemerintah Kecamatan Amarasi mengakuinya? Tidak! Apakah Pemerintah Desa dan Kelurahan di dalam wilayah kecamatan Amarasi mengakuinya? Tidak! Saya tetap melihat ini sebagai titik lemah pemerintah daerah (melalui Kecamatan dan Desa/Kelurahan). Sudah banyak program diluncurkan ke desa-desa dan kelurahan. Sebutlah Program inseminasi buatan untuk ternak sapi dan babi; adakah hal itu diberlakukan pada kelompok peternak atau pada individu-individu? Jawabannya, kabur. Mengapa? Karena kontrol pemerintah pada kelompok-kelompok usaha sekaligus pembinaan masih lemah. Demikian pula pada usaha mikro misalnya pengrajin tenun ikat, tanaman holtikultura (tanaman semusim: tomat, cabai, berjenis sayuran); peternakan ikan kolam, dan lain-lain.
- Gagal bangkit dan Pesimis. Suatu usaha tidak selalu akan berhasil pada awal memulainya. Dengan kata lain, setiap usaha pasti ada tantangannya. Mimpi besar di awal untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya tidak selalu sama dengan usaha untuk mencapainya. Maka, ketika menemui tantangan, jalan buntu dan merasa gagal, usaha itu pun ditinggalkan lalu kembali ke posisi semula, menjadi petani musiman yang menunggu datangnya musim hujan, menanam jagung atau padi, mengambil hasil pada waktunya dan berhenti. Dari mana mendapatkan uang? Pisang dan kelapa menjadi sandarannya. Beberapa ekor sapi dan babi menjadi pengikatnya. Pesimis, menjadi sifat masyarakat atau mungkin dapat disebutkan sebagai selalu patah arang dan tidak dapat lagi untuk menyalakan kembali bara di dalamnya.
- Belum berani mencoba usaha baru. Secara gamblang kita dapat berasumsi bahwa masyarakat pedesaan di Kecamatan Amarasi belum berani mencoba sesuatu usaha baru. Jika stimulus usaha diawali oleh pemerintah daerah kabupaten, pendampingan yang intens dalam satuan waktu minimal satu tahun belum memberi jaminan kemajuan dan pengembangan untuk mencapai hasil secukupnya.
Peluang (Oppurtunities). Dunia makin terbuka dengan berkembangnya media informasi dan komunikasi. Media sosial ada pada tangan kaum milenial yang getol dengan gadget. Peluang usaha ada pada kaum muda zaman ini yang merindukan bekerja secara instan dengan hasil yang maksimal. Apakah ada caranya?
- Mengelompok/Group. Pemerintah daerah hingga Pemerintah Pusat membuka akses peluang usaha seluas-luasnya kepada generasi yang disebut kaum milenial. Mengelompok (group) selalu menjadi peluang untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR);
- Kemudahan izin; suatu usaha mikro akan mendapatkan izin dengan proses yang dilakukan dalam jaringan (online). Memenuhi semua ketentuan/persyaratan, maka izin akan mudah didapatkan.
- Promosi dengan menggunakan aplikasi dan media sosial
- Pengembangan menuju usaha mandiri, baik dalam kelompok (group) maupun individu yang menggunakan satu "bendera" usaha.
Ancaman (threats). Dunia usaha dan pengembangannya selalu ada tantangannya, tetapi ada peluang dan ancaman pula. Ancaman apa yang kiranya dapat dilihat dan dirasakan bila akan menyelenggarakan suatu festival seperti Festival Neof Ko'u?
- Degradasi budaya. Banyak hal akan terkikis di sekitar kehidupan masyarakat yang patronis. Salah satu di antara kikisan budaya yakni bahasa daerah. Masyarakat pengguna bahasa daerah akan mudah meninggalkan bahasa daerahnya, bahasa ibunya, bahasa hati, atau bahasa pergaulan komunitas mereka sendiri demi menggapai panggung dunia yang gaul dan trendy sehingga tidak ketinggalan zaman.
- Pencemaran lingkungan. Lingkungan yang asri akan tercemar, baik oleh limbah (terutama plastik), maupun limbah udara, polusi dari kendaraan yang lalu lalang.
Membaca analisis SWOT yang tidak seberapa baiknya ini, masyarakat sekitar Neof Ko'u semestinya dipersiapkan baik secara fisik maupun psikis. Tampilan wajah desa-desa dan kelurahan, khusus desa Apren dan teristimewa Neof Ko'u sendiri patut menjadi perhatian. Siapakah yang memperhatikannya? Pemerintah di semua jenjang dan masyarakat desa/kelurahan. Pemerintah dan masyarakat kecamatan Amarasi tidak mungkin menunggu intervensi secara luar biasa pemerintah pada jenjang di atasnya, sekalipun intervensi itu ada, bukankah potensi pengembangan ada di tengah masyarakat desa/kelurahan di seluruh wilayah Kecamatan Amarasi? Bukankah masyarakat desa Apren sebagai "pemilik" Neof Ko'u mesti jauh lebih baik lagi berbenah diri agar bangkit memulai sesuatu yang baru bagai mengganti baju usang dengan baju baru tanpa meninggalkan jati diri pemakainya?
Semua jenis usaha mikro dapat diberdayakan kembali. Manfaatkan peluang zaman ini pada media sosial dan berbagai platform aplikatif yang bertebaran di mesin pencari gugel atau amazon; atau mungkin menciptakan/mengkreasikan sesuatu aplikasi yang dijual ke publik untuk mendapatkan hasil sebagai usaha kreatif.
Festival itu Sendiri
Menelisik pada analisis SWOT yang sudah dipaparkan di atas, besar kemungkinan masyarakat akan apatis dan skeptis. Akankah pemerintah Kecamatan Amarasi (dan Kabupaten Kupang) apatis dan skeptis? Tidak! Pemerintah di semua jenjang selalu optimis untuk mencapai visi yang diembannya. Demikian halnya pemerintah Kabupaten Kupang pada masa pemerintahan bupati Kupang mana pun termasuk duet bupati/wakil bupati Kupang saat ini yakni Drs. Korinus Masneno dan Jerry Manafe, SH, M.Th. Suatu keniscayaan bila keduanya menginjeksikan semangat/motivasi pada masyarakat untuk bangkit setelah badai Seroja menerjang. Pemerintah Kabupaten Kupang mengupayakan kebangkitan ekonomi masyarakat. Ia tidak sendirian, lembaga keagamaan pun turut serta menyerukan kembali bangkitnya umat setelah didera pandemi covid-19 dan badai Seroja.
Mari kita lihat kebiasaan berfestival pada masyarakat Pah Amarasi pada umumnya. Masyarakat Pah Amarasi sudah tidak asing lagi dengan istilah krira'. Sungguh suatu budaya yang telah mengakar di tengah masyarakat Pah Amarasi (4 keamatan). Pada perayaan hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kata krira' hampir selalu digemakan. Ketar-ketir kaum perempuan Pah Amarasi untuk membawa hasil kerjanya. Mereka harus menunjukkannya kepada pemerintah desa/kelurahan hingga dapat diperjualbelikan pada platform krira'. Sungguh suatu festival yang "setengah terpaksa" karena diwajibkan hanya kepada kaum perempuan. Padahal, krira' merupakan suatu upaya mempromosikan (pameran) hasil karya, buah tangah dari individu dan kelompok-kelompok pengrajin belaka. Nah, andaikata tidak direduksi hanya kepada kaum perempuan, tetapi dibuka ruang dan peluang kepada segenap masyarakat untuk memamerkan karya-karya inovatif miliknya, bukankah ini suatu perkembangan yang baik? Membuka ruang dan peluang untuk krira' segala usaha dari semua kategori masyarakat (perempuan, laki-laki, pemuda, pemudi, pelajar, guru, pegawai, petani, peternak, nelayan, fotografer, kreator seni film dokumenter, dll). Semua itu akan membantu mendongkrak suatu festival.
Krira' bukan satu-satunya yang dapat memeriahkan Festival Neof Ko'u. Masyarakat dapat mempertontonkan ragam kesenian: tari kelompok kecil, kelompok besar (misalnya herin, beti-boe), lagu dalam berbagai dimensi (lagu daerah, karaoke pop, dll); pertunjukkan kreasi busana (fashion show), lomba pidato Berbahasa Daerah, Bahasa Nasional, dan Bahasa Internasional (Inggris);
Jika mencari jenis lomba yang baru, mungkin perlu membuat lomba pacuan anjing. Bukankah anjing pada zaman ini tidak lagi berburu? Mengapa tidak dilatih untuk berpacu merebut juara dengan trik tertentu?
Pameran dan penjualan ternak sapi dan babi, dan lain-lain; Lomba perahu dayung (ukuran kecil) untuk anak-anak SD di Neof Ko'u dan lomba memancing. Bukankah Neof Ko'u akan menjadi ramai dengan kegembiraan dan kemeriahan? Sejumlah hal akan muncul sebagai masalah, namun kita patut menyadari bahwa makhluk manusia mendapatkan akal dan hikmat untuk mengakali dan menghikmati sehingga mendapatkan solusi yang tepat walau di peluang yang amat sempit.
Penutup
Artikel ini hanyalah suatu ide belaka. Masa depan Neof Ko'u ada di tangan masyarakat desa Apren yang meluas secara spiralis kepada masyarakat Kecamatan Amarasi dan Kabupaten Kupang. Pengembangannya mesti dimulai dengan membangkitkan kesadaran bersama (kesadaran komunal), memiliki etos kerja dan daya juang untuk maju dengan meninggalkan sikap apatis dan pesismistis, apalagi skeptis dan sama sekali tidak peduli. Kembali ke zona nyaman pada situasi bekerja dimana hanya mengandalkan yang sudah ada, tidak memberi harapan pada mereka yang mengenyam pendidikan menengah hingga perguruan tinggi. Suntikan motivasi patut diberikan dari Pemerintah desa/kelurahan, kecamatan hingga Kabupaten Kupang. Harapannya, pemerintah pada jenjang Provinsi hingga Pemrintah Pusat pun akan melirik upaya ini dan turut urun tangan membantu agar masyarakat secara ekonomi, sosial dan lingkungan tidak tinggal di tempat.
Selamat membaca dan berpikir.
Heronimus Bani
Koro'oto Pah Amarasi, 4 April 2022
Keren bangeet... Luar biasa 👍👍👍
BalasHapus