Sedaratan Sedarah Budaya Rupiah




Perjalanan mengurus perkawinan dimulai lagi. Semalam lalu kami mendapat kunjungan dari seorang kerabat dekat kami. Ia menyampaikan bahwa anaknya akan menikah dalam waktu dekat. Kami selaku orang tua berkewajiban mengurus bila sudah saatnya. 

Kendaraan roda dua kami tumpangi untuk mencapai kota kecil terdekat di Jalan Timor Raya. Selanjutnya kami menumpang bus. Jarak tempuh 193 km dalam lebih dari 4 jam bila dihitung dari titik berangkat di kampung kami. Bus yang kami tumpangi membawa penumpang ke kota itu dalam jumlah yang tidak cukup untuk seluruh kursi yang disediakan. Maka, di perjalanan, sesekali ia akan berhenti mengambil penumpang atau menurunkan penumpang dan barang. 

Di kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, So'e, bus berhenti kurang lebih 30 menit. Suasana ini dimanfaatkan para penumpang untuk menurunkan "penumpang" dari dalam tubuh masing-masing. 

Perjalanan dilanjutkan. Bus meraung-raung di banyak turunan dan tanjakan berkelok-kelok. Nyaris semua kelokan memacu adrenalin bagi mereka yang untuk pertama kalinya melintasi jalan utama di trans Timor ini. Kelokan-kelokan ketika memasuki Kabupaten Timor Tengah Selatan hingga mencapai ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara, Kefamenanu.

Kami tiba di kota Kefamenanu pada pukul 19.00 WITa. Jemputan pada kami menggunakan jasa seorang pengojek dan Sang Pemuda yang berniat melegalkan hubungan cintanya dengan kekasihnya. Kopi panas disuguhkan. Makanan disajikan. Kami menyeruput minuman kopi panas dilanjutkan dengan menyantap makanan tersaji.

Sekitar pukul 20.00 WITa kami sudah bersiap menuju keluarga yang disasar dalam percakapan awal menuju peresmian hubungan cinta dua kekasih. Percakapan diawali dengan basa-basi penghangat keakraban. Lagi-lagi di sana ada minuman kopi panas dan teh hangat disuguhkan. Cemilan seadanya. Sebanyak 8 orang tua telah menunggu kami. Ruangan tak seberapa luas itu nyaris tak ada rongga lagi untuk menambah sedikitnya 4 orang lagi. Points percakapan diawali lagi dengan basa-basi tradisi: campuran sirih-pinang-kapur-tembakau.

Points diutarakan:

Waktu pernikahan dan peminangann.

Item hukum adat perkawinan:

Penghormatan pada lembaga keagamaan dan pemerintah. Nilai rupiahnya cukup untuk dapat ditanggulangi pihak keluarga laki-laki 

Penghormatan kepada orang tua dan keluarga. Nilai rupiahnya cukup mencemaskan pihak keluarga laki-laki. Terjadi tawar-menawar yang menegangkan. Kesepakatan bersifat semu belaka.

Seekor domba betina yang dikalungi belahan pinang kering bertali

Serangkai pinang bonak bersama pinang kering, sirih, kapur dan tembakau.

Pertemuan dilanjutkan dengan item pembiayaan resepsi pernikahan.

Anggaran belanja untuk kepentingan di dapur hingga meja makan, sewa-menyewa dan pengadaan item kebutuhan tertentu sebesar 30 juta yang dibebankan secara tidak berimbang. Sepertiga bagian oleh pihak keluarga perempuan dan dua pertiga bagian oleh pihak keluarga laki-laki.

Kepentingan lainnya yang bertalian langsung dengan dapur yakni daging dan beras. Tanggungan menjadi tetap tidak berimbang, kecuali pada point' beras.

Ketika tiba pada item menjemput pengantin dan orang tuanya kelak untuk menuju rumah keluarga pihak laki-laki,.terjadi ketegangan rasa. Dua budaya menjemput pengantin dan orang tua yang saling bertolak belakang dan sulit menemukan solusi. "Selisih" opini karena masing-masing mempertahankan tindak budayanya, walau akhirnya ditemukan pula solusinya. Dua pihak kembali dalam persetujuan semu.

Doa makan malam baru terjadi pada pukul 23.10 WITa. Kami menyantap makanan dan sekadar sebotol minuman dengan kadar alkohol sekitar 25%. 

Bubarlah kami pada pukul 00.05 WITa.


Kefamenanu, 12 Juni 2022















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya