Feotnai haa' nua


Berdiri di hadapan cahaya putih si manas
Aku bergidik tak berkutik
Mata tajam mengarah pada feotnai haa’ nua
Berpanas-panas di bawah manas
Tetap manis muti’-muti’ dibalut uniform muti’-muti’
Seperti merpati putih terbang serombongan
Mengalun angkasa muti’-muti’

Akh, ....

Kudengar bisik-bisik ular yang sirik
Mencari ruang dalam peluang
Mendekati feotnai haa’ nua di lorong waktu
Merapat dengan telapak  nobef kamomos
Dengan setengah hati mendatangi feotnai haa’ nua
Huum akmoe, neek maufinu
Tersenyum si sirik bagai si nenek sihir
Memakai marak pernik intrik kuasa
Agar ‘piru ‘nakaf mohon dihormati
Menggapai singgasana mulia tapi sepi

Oooh...
Feotnai haa’ nua,
Perhatikan secara saksama sekelilingmu...
Nfuun aan ko feotnai haa’ nua

Beruang mencari ruang dalam peluang menggasak uang.
Mencakar benda raga rasa pundi-pundi uang di ruang bisik.
Tak disumpit, ia menyumpit.
Bila disumbat, ia merembes trus menetes mencari ruang.
Memang uang raja dunia.
Bila beruang terjuallah beruang,
bila beruang terbelilah beruang,
kelak  kerangkeng terisi beruang yang beruang

Feotnai haa’ nua
Tegakkan teas tongkat singgasana
Luhurkan budi lahirkan budiman
Agar pah meto’ ...
 amarasi teunraen buraen nekaf mese’ ansaof mese tegak jati diri
Menjadikan pasa’ haa’ nua memasuki langit baru dan bumi baru
Menapak dan menggapai sine’
Seperti noka’ dan  feun na sudah di ambang
Hari baru neon fe’u dari feotnai ma naijuf haa’ nua

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya