Langit selatan haa' nua

Aku berdiri di gerbang kotaraja
Dan memandang ke langit kota raja
Sejauh pandang hingga langit selatan, haa’ nua
Sejurus terlihat garuda satu-dua melintas langit
Keduanya menjadi induk sejumlah anak garuda
Berbaris muti’-muti’ di belakang induk garuda

Hari itu langit kota raja hingga langit selatan, haa’ nua
Menari, melambai, mengalun bersama awan gemawan
Hingga hari menjelang senja,
Manakala burung srigunting, baos bersiul
Ditingkah hantu, kuturu’ menggoreng mangsa
Keduanya laksana alim ulama
Menebar pesona rohaniawan sejati
Sedang selingkuh dalam raga dan sukma

Srigunting baos menebar nyanyian minor
Mendapat dukungan hantu kuturu’ bernada sumbang
Perkutut sasaran kambing hitam
Berharap  koro manu beria-ria

Hai induk garuda!
Srigunting baos bersembunyi na’koro nai’koro
Sedang si hantu berlagak anak tuhan
Berdo’a di sonaf simbol tak berdosa
Bedak dan lipstik melabur wajah berdosa

Hai induk garuda!
Mereka akan berisik di antara sayap-sayapmu,
Manakala kau mematuk merapikan sayapmu,
Nyanyian dalam angin sepoi mendatangimu
Menyapa aam of aina’,  tolonglah jangan

Kuperingatkan induk garuda
Srigunting baos bisa menggunting
Lagi hantu, kuturu’ berwajah insan bukanlah tuhan

Gunakan paruh dan cakarmu,
Patuk dan genggam erat-erat srigunting dan hantu
Bawa ke langit dan awan,
Karna langit selatan haa’ nua menolak banan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Lopo dan Maknanya