Menghalau Kecemasan

Menghalau Kecemasan

Foto: dokpri, Roni Bani


Pada 13 Mei 2022, kami menghadiri acara seremoni maso minta di desa Manulai 1, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Bagian dari cerita ini dapat dibaca pada https://uminiibaki.blogspot.com/2022/05/tempat-sirih-pinang-kami-di-manulai-1.html.

Suatu hal yang biasa saja, namun dikemas dengan gaya entertaint, sehingga acara ini kemudian menjadi menarik. Contoh frasa yang saya gunakan pada saat pengantin sudah tiba di tempat yang disediakan untuk keduanya.

Manisnya madu tiadalah tiba-tiba. Lebah manakah yang akan meracuni dan menghancurkan sang bunga? Justru ia datang, merayu, mencumbu, meminta, ... barulah kita menikmati manisnya madu. 

Frasa seperti itu dan sejumlah frasa lainnya telah menghias acara maso minta itu. Kerabat, sahabat, kenalan yang dikenal, berkenalan, terkenal dan memperkenalkan diri, semuanya tersenyum dan tertawa. Beberapa di antaranya sempat bertepuk tangan. Suatu acara maso minta yang biasa saja, namun kemasan penyampaiannya telah menyebabkan kecemasan maso minta perlahan menjauh.

Kecemasan akhirnya kembali lagi pada Juru Bicara. Salah satu item kesepakatan tidak terlaksana secara tepat. 

Foto: dokpri; Roni Bani
Salah satu baki yang disiapkan sebagaimana gambar di atas, isinya berurusan dengan hukum adat perkawinan. Isi baki ini merupakan simbol dan sekaligus sarana mengabsah perkawinan menurut hukum adat perkawinan. Isinya saya kutip kembali:

  • Laba nusa (buka-tutup pintu kantor desa)
  • Buka-tutup pintu rumah orang tua
  • Buku mulut orang tua
  • Kasih sayang mama
  • Penghargaan orang tua keluarga besar
  • Terang kampung (pemerintah desa)
  • Gereja
  • To'o Huuk
  • Be'i Huuk
  • Sebentuk barang mas

Isi baki yang sedemikian ini telah disepakati oleh dua Juru Bicara keluarga, dengan didengarkan dan disaksikan oleh perwakilan anggota keluarga dua pihak. Sungguh suatu kecemasan ditonjolkan manakala sebentuk barang mas ini tidak ditempatkan di dalam baki. Padahal, sebagai Juru Bicara (Jubir) kesiapan semua baki tidak terlewati. Barang mas yang dimaksudkan itu ditunjukkan pada  Jubir, namun pada menit berikutnya tidak sempat ditempatkan ke dalam baki kecil (oko'mama') yang ditempatkan di dalam baki itu. Isi baki dibuka oleh pihak keluarga penerima, pada saat itulah kecemasan makin menonjol. Sebentuk barang mas yang disepakati itu benar-benar tidak disertakan. Konfirmasi dilakukan pada pihak Juru Bicara dari keluarga pengantin laki-laki. 

Dua Juru Bicara bertemu. Kami mendapatkan keterangan bahwa barang mas itu tertinggal ketika itu karena ibunda pengantin laki-laki mengamankan di satu tempat. Benar, bahwa pada hari persiapan itu ada anggota-anggota keluarga yang silih berganti datang dan pergi, masuk-keluar di rumah persiapan menuju maso minta. 

Dua jubir bersepakat untuk mengantarkan barang mas itu sebelum liturgi ibadah menurut agama Kristen dilangsungkan di gereja dalam rangka peresmian perkawinan menurut agama. Kesepakatan ini gagal diwujudkan, berhubung barang mas diserahkan bukan pada Juru Bicara, tetapi pada pengantin laki-laki yang justru tidak boleh memegang item pemenuhan hukum adat perkawinan itu, karena kedua Juru Bicara harus mengupayakan agar para orang tua dan pemangku adat menyaksikan penyerahannya. Hingga liturgi peresmian perkawinan menurut agama berakhir, barang mas itu akhirnyat tiba di tangan Jubir. Lalu terjadi komunikasi ulangan untuk memasukan penyerahannya.

Puisi pengantar menuju penyerahan item terlewatkan.

Rembulan tertutup mega kecemasan
Gemintang malu menampakkan diri
Cahaya lampu minyak suam dan buram
Bagai tiada semangat menyala
Nyiur tiada sudi melambai
Dedaunan melipat diri dalam bingkai pembungkus

Izinkan nada dimainkan
Pada pentas kecil bernuansa kebajikan

Setelah diterima, Juru Bicara pengantin laki-laki mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf dengan berpuisi seperti ini.

Alunan musik merambahi alur malam
Lenggak-lenggok penari menusuk sukma
Senyum tersungging belumlah indah
Manakala irama dan birama galau melekat di dada

Terima kasih telah menyambut raga
Walau itu tak 'kan lunas riba
Maaf tak 'kan menghapus kesan
Sekalipun berulang ujar

Manulai, 15 Mei 2022

Semalam-malaman rasanya hati tak tenang walau telah menyerahkan item kesepakatan yang terlewati. Pagi tiba saya pulang ke kampung. Ketika senja tiba, saya menulis catatan ini untuk ingatan dan kenangan.


Koro'oto, 16 Mei 2022

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya