Nama Rayon dalam Bahasa khas di Jemaat Pniel Tefneno Koro'oto Klasis Amarasi Timur

 



Nama Rayon dalam Bahasa khas di Jemaat Pniel Tefneno Koro'oto Klasis Amarasi Timur


Pada tulisan bersambung seri kedua ini, akan ditempatkan nama-nama Rayon yang menggunakan abjad /a/ Amahoet, 

Pendekatan uraian dari tiap kata diurutkan sebagai berikut, secara linguistic, socio-culture, dan sedikit dogma theology. Penulis menggunakan term sedikit, berhubung kapasitas diri bukan seorang sarjana teologi dan juga bukan seorang pendeta (pelayan).

Amahoet

Aspek Linguistic dan Sosio-culture

Kata amahoet dibentuk dari kata dasar hoe, menjadi kata benda hoet, hoen, serta kata sifat hoeb. Bila diterjemahkan secara harfiah dalam bahasa Melayu Kupang artinya, tabuang-buang, tapo'a buang-buang, tasiram; yang dalam Bahasa Indonesia kira-kira artinya, limpah, berlimpah-limpah, melimpah. Ketika kata ini disematkan pembentuk kata benda orang /a/ menjadi amahoet, maka terjemahannya menjadi Pemberi Kelimpahan, Sumber segala sesuatu yang melimpah-ruah dan darinya dapat menimba, dn mengambil.   

Dalam budaya khas Atoin Meto'  orang berlaku sebagai berikut:

  • uhoeb
Posisi ini dilakukan oleh orang pertama tunggal yakni, saya, aku. Jadi, bila seseorang menggunakan kata au uhoeb, atau uhoeb saja ~ saya melimpahkan, saya memberi secara cuma-cuma, gratis. Maknanya seseorang (tunggal pertama) itu memberi apa yang dimilikinya secara cuma-cuma, secara melimpah kepada orang lain. 

au uhoeb (Kotos)

au kuhoeb (Roi'is) 

  • nahoeb (ein)
Kata kerja nahoeb (ein) berlaku untuk orang ketiga tunggal (in ~ hin ~ dia) dan akan jamak menjadi nahoeb ein. Pada kata kerja jamak ini berlaku untuk orang ketiga jamak (sin ~ mereka). Dia memberi secara cuma-cuma, gratis. Maknanya seseorang (tunggal ketiga) dan sekelompok orang (orang ketiga jamak) memberi apa yang dimilikinya secara cuma-cuma, gratis, secara melimpah kepada orang lain.

in nahoeb (Kotos)  ; hin nahoeb (Roi'is)

sin nahoeb ein

  • muhoeb
Kata kerja muhoeb berlaku untuk orang kedua tunggal (ho ~ kau). Pada kata kerja ini bila disematkan dengan subjek akan menjadi ho muhoeb; artinya kau (Anda, saudara) melimpahi, memberi dengan cuma-cuma, gratis
  • mihoeb
Kata kerja mihoeb berlaku untuk orang kedua jamak (hi ~ kamu). Pada kata kerja ini bila disematkan dengan subjek akan menjadi hi mihoeb; artinya kamu melimpahi orang lain dengan cuma-cuma
  • tahoeb
Kata kerja tahoeb berlaku untuk orang ketiga jamak (hit ~ kita). Pada kata kerja ini bila disematkan dengan subjek akan menjadi hit tahoeb; artinya kita melimpahi orang lain dengan cuma-cuma.

Dalam fakta kehidupan umumnya orang akan menyaksikan sesuatu yang bersifat "melimpah, berlimpah" pada beberapa hal:

  • Pesta adat. Pada pesta adat orang akan membuat pernyataan atmui' hena' tahoeb, artinya kita mesti memiliki (kaya, berkecukupan) untuk agar dapat "membuang-buang secara cuma-cuma". Maksudnya mengadakan pesta. Oleh karena itu dalam hal mengadakan pesta, sesungguhnya orang sedang melakukan apa yang disebut nahoeb dan tahoeb. Jika tanpa menghadirkan kerabat dan dilakukan oleh satu orang saja, maka orang itu sedang melakukan apa yang disebut uhoeb. Ketika mendengar kata hoeb atau sering ditambahkan lambang bunyi /a/ dan /'/ menjadi hoeba', artinya pesta.
  • Dalam hal lain, orang menggunakan kata ini dengan kata tambahan kata tidak, maka maknanya menjadi berbeda. Misalnya orang berkata, au ka uhoeb ok fa, tua ~ harfiah, saya tidak membuang-buang diri... maksudnya, merahasiakan sesuatu. Ia menutup diri. Seterusnya untuk subjek yang lain. 
  • Dalam hal hasil panen, orang yang mendapatkan hasil berlimpah dari ladang (baik padi atau jagung), maka mereka akan menyebut pena' anho-hoe artinya jagung berkelimpahan; atau maka' anho-hoe, artinya padi berkelimpahan. Seterusnya untuk banyak hal yang bersifat melimpah orang menggunakan kata hoe ~ hoen ~ hoeb ~ hoet
  • Dalam hal kebersihan, misalnya orang membuang sampah bukan pada tempatnya, orang akan mengucapkan frasa, kais mihoeb jangan melimpahi secara sembarangan, maksudnya jangan buang sampah. Kalimat atau frasa ini akan tepat bila berada pada konteks lokus, atau sebagai pesan agar tidak mengotori lantai rumah, atau halaman dan lain-lain tempat yang sudah bersih.
Jadi dalam hal yang terakhir ini frasa-frasa seperti:
  • kais uhoeb
  • kais muhoeb
  • kais mihoeb
  • kais nahoeb (ein)
  • kais tahoeb
Frasa-frasa ini dalam Bahasa Amarasi-Kotos; sedangkan dalam Bahasa Amarasi Roi'is nampak seperti ini:
  • kuhoeb aa mae'
  • muhoeb aa mae'
  • mihoeb aa mae' 
  • nahoeb aa mae'
  • tahoeb aa mae'
Terlihat perbedaan pada orang pertama tunggal dan kata kais berubah menjadi aa mae' dan posisinya berada di belakang sebagai anak kalimat. Frasa-frasa ini menunjuk pada konteks untuk tidak mengotori, membuang sampah di lokus tertentu. Kira-kira maksudnya untuk tidak melimpahi suatu tempat bersih secara cuma-cuma dengan hal-hal yang kiranya tidak berguna lagi.

Aspek Ajaran/Theology

Fakta bahwa orang Timor Amarasi bila berbahasa lokal dalam pembelajaran (lisan) kepada jemaat, mereka akan menyebut Tuhan Allah dengan berbagai sebutan, di antaranya Sumber segala Berkat berlimpah, Dia Pemberi Berkat yang berkelimpahan. Ia memberikan apa yang dimiliki-Nya secara gratis. Oleh karena itu mereka meyakini, mengimani dan menyebut Tuhan Allah dalam bahasa yang teramat mulia yakni: Amahoet, Pemberi Berkat Berklimpahan secara gratis.

Banyak ayat Alkitab yang dapat dirujuk untuk maksud ini. 

TUHAN akan memerintahkan berkat  ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.(Ulangan 28:8)

Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa TUHAN itu Sumber Berkat. Ia dapat memberi perintah kepada apa yang dimiliki-Nya untuk menjadi milik umat-Nya. Kepemilikan itu akan memenuhi lumbung (tempat persediaan) dan ada pada usaha (kerja, profesi) yang ditekuni. Pernyataan pada 28:8a merupakan suatu janji. Maka, bila pengikut Tuhan mengimani secara sungguh-sungguh, bukankah Tuhan akan menepati janji-Nya?

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan  itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan (Meliakhi 3:10)

Pada ayat ini TUHAN menyebut Diri-Nya TUHAN semesta alam, maknanya, IA Pemilik semesta alam. Bayankanlah, siapakah di muka bumi ini yang menepuk dada dan berkata, "akulah pemilik semesta alam!" Tidak ada, bukan!? Hanya TUHAN Sang Khalik, Pencipta langit dan bumi, laut dengan segala isinya, DIA-lah yang menciptakan, maka DIA-lah pula yang memiliki semuanya. 

Perhatikan pernyataan yang bersifat pertanyan yang tidak perlu dijawab, "... apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan?" Siapa di antara kita yang mampu berdiri di hadapan-Nya dan menjawab pertanyaan ini?

Kamu harus memelihara hari-hari Sabat-Ku dan menghormati tempat kudus-Ku, Akulah TUHAN. Jikalau kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada perintah-Ku serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya. Lamanya musim mengirik bagimu akan sampai kepada musim memetik buah anggur dan lamanya musim memetik buah anggur akan sampai kepada musim menabur. Kamu akan makan makananmu sampai kenyang dan diam di negerimu dengan aman tenteram (Imamat 26:2-5)

TUHAN berjanji pada umat-Nya untuk memberi hujan pada masanya. Fakta bahwa hujan turun dipastikan akan membasahi bumi (tanah). Bumi (tanah) secara keseluruhan, di sana ada yang dapat diolah untuk menghasilkan batang, daun, bunga, buah, dan bulir pada musimnya. Sementara itu di tempat lain yang tidak dapat diolah oleh manusia, TUHAN sendirilah yang mengolahnya, manusia mengambilnya. Misalnya, hasil hutan. Siapakah yang menanam cabe rabit (uun fua mnutu' ~ kurus padi) di tengah hutan? dan lain-lain.

Tentu untuk mendapatkan semua ini, ada prasyaratnya. TUHAN mensyaratkan untuk memelihara hari Sabat dan menghormati tempat kudus-Nya. Maka persekutuan-persekutuan ibadah sebagaimana dicatat dalam Ibrani 10:25

Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

TUHAN yang disebut AMAHOET sebagai TUHAN memastikan untuk memberi secara berlimpah pada umat-Nya. IA memberi prasyarat atau pra kondisi di antaranya, memelihara hari Sabat dan menghormati tempat kudus-Nya. Apa dan bagaimana memelihara hari Sabat, dan menghormati tempat kudus-Nya? Materi ini tentu bukan kapasitas Penulis di sini untuk menguraikannya, tetapi suatu kepastian bahwa pengikut Kristus yang disebut Jemaat Kristen atau uamt Kristen, padanya ada dua sisi ranah: kewajiban dan hak. 

Lakukanlah KEWAJIBAN sebagai umat Kristen, pengikut Kristus, dan kepada TUHAN, Anda diizinkan untuk meminta HAK, sebagaimana janjinya, "... ujilah Aku..."

Ingatlah bahwa manusia yang memberi secara cuma-cuma pun membuat persyaratan, bagaimana dengan TUHAN sendiri? IA telah lebih dahulu mensyaratkan bahwa BERKAT BERKELIMPAHAN, GRATIS akan diberikan kepada yang mendengarkan dan melakukan APA yang dikehendaki-Nya.



Umi Nii Baki-Koro'oto, 14 Maret 2023

tulisan bersambung, seri 2a

bersambung; semoga pembaca bersabar... Tuhan memberkati. Terima kasih. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Koroh natiik Maria

Beragam Istilah mengurus Perkawinan Adat di Amarasi Raya