Cinta Mereka Padaku di Januari 2020

Cinta Mereka Padaku di Januari 2020


Seorang anak menyapa, di titik waktu 00.00. Ia mencium hidung saya sebagaimana kebiasaan umum di Timor dan sekitarnya. Saya tidak terkejut, karena hari telah berganti memasuki hari baru, dan hari itu 11 Januari 2020, saya bertemu lagi dengan hari kelahiran saya yang terjadi di kelampauan sana, 11 Januari 1968. 


Tiba-tiba lagu, Selamat Ulang Tahun diperdengarkan di tengah-tengah hingar-bingar pesta pernikahan. Saya yang sedang 'teler' langsung meninggalkan 'lingkaran' kaum teler itu. Saya masuk ke arena untuk ikut dalam kegembiraan anak-anak yang mencintai ayah mereka. Saya turut larut dalam lagu dan goyangan asal jadi demi menyenangkan anak-anak pada acara itu.

Beberapa orang saudara yang turut menghadiri acara resepsi dan pesta pernikahan itu terkejut. Mereka lantas turun ke arena dan memberi salam dan ciuman yang khas, cium hidung. Saya sendiri yang mengambil inisiatif mulai mencium semua orang yang bersama-sama dalam arena goyangan asal jadi itu. Ada yang saya peluk erat-erat, ada yang memeluk balik hingga memeluk dan hendak menggendong. Sungguh pemandangan yang penuh lelucon tetapi membahagiakan anak-anak dan saudara-saudara saya.

Mereka yang bukan anggota kami, para tetamu undangan yang menghadiri resepsi dan pesta pernikahan itu bengong ketika menyaksikan ramainya kami di arena sempit itu.

Rasanya bebatuan karang yang baru saja diratakan dan bertangga-tangga arena itu pun mau bercerita tentang acara ini. Dua bahkan tiga hal terjadi dalam dua hari. Peminangan telah terjadi di sana untuk sepasang kekasih bernama Pedy-Serly, resepsi dan pesta pernikahan yang dikemas apik berkesan, dan kegembiraan di hari bermakna, hari kelahiran saya.

Besoknya, berjubel ucapan selamat ulang tahun baik dengan tulisan pendek HBD maupun tulisan panjang Selamat Hari Ulang Tahun. Semua berjejer dan berjajar di media sosial, khususnya feisbuk dan whatsapp. Saya tidak dapat menghitung berapa banyak orang yang menyapa dengan salam itu. Ketika saya menulis artikel ini, saya mengecek linimasa Tateut Pah Meto. Managemen Facebook menginformasikan bahwa ada 22 orang telah menulis di linimasa saya. Saya membayangkan, bila dari 22 orang itu ada 10 orang saja yang merespon, maka ada 220 orang yang menyampaikan ucapan selamat hari ulang tahun yang diiringi doa.

Begitulah.

Aih...

Betapa cinta itu menghangatkan rasa. Betapa emosi itu menghidupkan asa di tengah membanjirnya aplikasi dan game yang dapat saja menghancurkan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Lopo dan Maknanya

Koroh natiik Maria