Buku di Peminangan

Buku di Peminangan





Meminang nona dengan Buku
Bolehkah meminang nona dengan buku?
Mungkin perlu diskusi.
Pada tanggal 9 Januari 2020, saya mengunggah di akun feisbuk Tateut Pah Meto sebagaimana yang saya beri huruf miring di atas. Lalu terjadilah diskusi yang menarik antara saya dan beberapa pembaca. Sampai dengan dibuatnya tulisan ini, telah ada 24 komentar baik yang disampaikana oleh pembaca dan jawaban dari saya. Komenter paling pendek berbunyi, keren. Padahal, bukan itu yang saya harapkan. Ha ha ha...
Saya cermati unggahan itu pada saat tulisa ini dibuat, di sana terdapat data 50 orang memberi emoji like, 18 orang memberi super like, dan 5 orang wow...
Berikut ini komentar-komentar yang menarik dari mereka yang sempat membaca tulisan itu.
Johny Banamtuan pertama kali menyampaikan pendapatnya demikian, Saya pikir bisa-bisa saja. Biar itu jadi tren baru yg sekaligus memotivasi orang untuk belajar, membaca dan bahkan menulis. Pernyataan ini bernada optimis dan sekaligus berharap ada yang mendapatkan inspirasi.
Decy Baok, memberi pendapatnya, Boleh sekali...karna yang saya lihat itu buku2 injil dalam Alkitab Bahasa Amarasi. Semoga bermanfaat buat keluarga yg baru diberkati. Ide baru.
Senada dengan Decy Baok Pina Ope Nope, memberi opini seperti ini, bisa juga om Tateut Pah Meto cuma belum pernah... Siapa tahu bisa jadi tradisi baru... Pina Ope Nope menambahkan, Itu ide bagus juga karena minat baca kita yang masih kurang.
Sementara itu, Grace Nuban dalam pernyataannya isinya menggambarkan emosi hatinya yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata lebih, kecuali, bangga. Ia menulis, taon baru ide baru dalam prosesi pinangan..
Yefta Henderonikus Bani, bersemangat memberi komentarnya, demikian, Ku suka cara baru ini.
Buka wajib itu Alkitab dan buku pendukungnya.Berumah tangga dlm pengetahuan dan ilmu.Baca...Baca... Baca...

Mirip dengan itu, Bani Yedijah menulisMemulai tahun baru dengan gaya yang lain.. kiranya tradisi yang baru ini.menjadi bagian dalam proses-proses peminangan selanjutnya.

Semua pendapat singkat itu memberi indikasi bahwa sesuatu yang baru dan bernilai positif, mesti ada keberanian memulainya. Itulah sebabnya saya memulainya.

Buku yang biasanya ditempatkan di baki/dulang/a'tupa' peminangan, Alkitab yang dipadukan dengan lilin. Para jubir yang paham bagaimana membahasakannya.

Saya memilih untuk menambahkan buku. Memang patut saya sampaikan di sini bahwa buku-buku yang saya tempatkan di sana bukan buku-buku dunia sekuler, bukan pengetahuan umum atau pengetahuan yang khusus seperti masak-memasak, menata rumah tangga, dan lain-lain pengetahuan. Saya masih tempatkan buku-buku rohani. Saran dan pandangan dari rekan-rekan feisbuker patut didengarkan. 

Dampak dari menempatkan buk-buku di baki/dulang/a'tupa' peminangan sangat terasa. Para orang tua yang hadir sebagai tokoh: kepala desa dan para tokoh masyarakat sangat tergoda. Mereka meminta buku-buku itu pada saya. Secara sengaja dan sadar telah saya siapkan. Bahkan beberapa orang kecewa karena mereka tidak mendapat bagian dari pembagian itu yang saya berikan secara cuma-cuma alias gratis.

Buku dalam peminangan. Suatu kebiasaan baru. Kiranya itu dapat dipraktikkan di dalam budaya meminang ala masyarakat perkotaan di Nusa Tenggara Timur.

Terima kasih.


Koro'oto, 13 Januari 2019
Heronimus Bani/ Aam Soo'i




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peniti, Bawang Putih, Genoak, antara Mitos, Pengetahuan dan Kepercayaan

Lopo dan Maknanya

Koroh natiik Maria